Cerita – 17thSex
Just another WordPress.com weblog

Apr
25

Ini adalah true story dimana peristiwa ini terjadi sekitar 7 tahun yang lalu. Aku akan menyamarkan nama-nama karakter maupun tempat yang akan kulibatkan dalam cerita ini, jadi kalau ada nama karakter yang sama dengan cerita ini, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pertama-tama aku ingin memperkenalkan diri. Aku seorang pria lajang bernama Hans dengan tinggi badan 172 cm dan berat 68 kg, berpenampilan lumayanlah untuk sekedar memikat para wanita. Aku sejak berumur 20 tahun sudah hidup berdikari. Aku kuliah (sekarang sudah lulus) dan bekerja. Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku, baik untuk makan, bayar kuliah, atau sekedar untuk bersenang-senang.

Di suatu senja selepas kuliah kira-kira pukul 18:45 aku langsung memacu motorku ke tempat nongkrong di gang Bangau di Senen. Di sana kehadiranku sangat diharapkan karena aku agak ngocol kalau diajak bercanda.

“Hei Hans acara elo kemana nih ntar malam,” sapa seorang teman sesampainya di sana.

“Tau Lim (Kimlin) gue bingung nih, gue sih bisa kemana aja, emangnya anak-anak pada mau kemana?”

“Tau tuh. Tapi si Franki ngajakin nyodok (istilah main bilyard). Mau nggak Hans?” kata Kimlin.

“Gue mah boleh aja tapi anak-anak yang lain mau nggak?”

“Hans, anak-anak sih mau soalnya wasitnya banyak yang cakep,”

“Loh mau nyodok di mana? Bukan di tempat biasa?”

“Di Coxx.”

“O.. enak nggak di sana mejanya?”

“Lebih enak lagi,” Kata si monyet temanku.

“Ya udah kalo anak-anak mau sih.”

Akhirnya kami semua berangkat ke lokasi. Sesampainya di sana kami langsung mencari meja kosong. Tentunya satu meja untuk beramai-ramai (yang kalah main ganti orang biar agak irit mainnya). Aku melihat sekeliling ruangan. Bagus juga tempatnya. Memang sih wasitnya cakep-cakep. Sambil melihat-lihat, Aku menangkap sesosok wajah yang boleh dibilang paling cantik sih dibanding wasit yang lainnya di tempat itu.

“Hei Hans giliran elo tuh..”

“Ha eh sorry lagi liat-liat nih,” kataku.

Setelah aku memukul bola, kudekati wasit yang sedang menghitung di meja kami.

“Mbak, wasit yang itu namanya siapa sih?” sambil menunjuk sosok cantik yang kulihat tadi.

“Kenapa tanya wasit itu? Cakep kan?”

“Iya sih boleh juga.”

“Dea namanya. Kenapa naksir ya?”

“Nggak,” kataku.

“Kamu kayaknya baru sekali yach dateng ke mari (tempat bilyard maksudnya).”

“Iya..”

“Makanya sering-sering dong kemari.”

Aku tersenyum sambil menjawab, “Iya deh..!”

Keesokan harinya aku balik lagi ke sana. Sama anak-anak lagi. Tentunya menunggu wasit yang bernama Dea itu. Dan akhirnya bisa juga diwasitin sama si Dea. Wah semangat banget anak-anak mainnya. Ada juga yang menggoda. Aku lebih memilih untuk duduk diam sambil ngobrol sama Dea sambil mengomentari anak-anak yang bermain bilyard. Sambil mengomentari anak-anak main, diam-diam aku melihat lekuk tubuh Dea. Dia badannya bagus. Terlihat dari kaos ketat yang dia pakai. Dengan ukuran payudara sekitar 34B. Pinggulnya juga tidak terlalu besar. Yah ideal lah untuk seorang wanita. Dan yang lebih wah lagi ternyata Dea merupakan wasit primadona di sana. Jadi banyak juga pemain bilyard yang mau mengincar dia, baik diwasitin, ataupun yang lain. Ya temasuk aku juga sih. Akhirnya kami ngobrol. Aku bertanya macam-macam, tentunya pura-pura kenalan dulu sekedar basa-basi.

“Dea,” katanya (sambil berjabat tangan).

“Hans. Kamu udah lama jadi wasit di sini?” aku membuka percakapan.

“Hmm.. lama juga. Hampir 8 bulan.”

“Wah lumayan juga yach.”

“Iya.”

“Kamu umur berapa Dea?”

“Baru 20,” katanya.

“Kamu?” dia balik bertanya.

“Udah 23 (umur saya saat itu). Kenapa?”

“Ah nggak pa-pa. Kamu kayaknya baru-baru aja yach main di sini.”

“Iya. Kok tau?” kataku.

“Iya nggak pernah keliatan,” sambil tersenyum.

“Sering-sering dong kemari,” katanya.

“Wow pasti, soalnya ada Dea sih.” dia cuma tersenyum.

Berawal dari obrolan itu akhirnya aku sering main bilyard di situ, dengan Dea sebagai wasit tentunya. Terkadang aku pun sering menawarkan sesuatu seperti minuman atau makanan (di luar gedung suka banyak orang yang jualan). Di samping itu aku pun berniat untuk mendapatkan dia. Yah untuk iseng aja soalnya aku dulu suka sekali nyobain perempuan-perempuan baik perempuan baik-baik maupun yang nakal. Tapi setelah kupikir, saingannya banyak juga karena yang bermain di sana matanya pasti melihat ke Dea. Tatapan mereka pun bukan sekedar tatapan biasa tetapi bagaikan tatapan seekor singa yang sedang mengincar seekor domba. Aku sih cuek aja soalnya aku menganggap ini suatu kompetisi. Namanya juga lagi usaha. Jadi kalau dapat syukur nggak dapat ya udah. Lagi pula Dea sepertinya memberikan lampu hijau kepadaku kalau dilihat dari sikapnya setelah beberapa kali aku datang dan diwasitin olehnya.

Setelah melihat sikap Dea seperti itu, aku mencoba untuk berbicara kepadanya (berbicara serius tentunya).

“Eh Dea, kayaknya aku suka nih sama kamu.” rayuku gombal.

“terus memangnya kenapa..?” tanyanya.

“Kita jadiin yuk! mau ngak kamu..”

Dia dia sejenak.

“Kenapa?” Tanyaku, “Ada yang marah yach?”

“Nggak. Siapa yang marah!?”

“Nggak.. siapa tau aja..” kataku, “Jadi mau nih..”

“Hmm,” sambil mengangguk.

“Yes!” kataku dalam hati.

Kami pun akhirnya resmi pacaran. Tapi aku tidak menganggap serius. Dea pun kukira begitu. Jadi sekedar have fun saja. Kebetulan, dalam hatiku. Setelah kejadian tersebut aku jadi lebih sering datang ke sana terutama malam. Terkadang aku datang sendiri, terkadang bersama Kimlin, terkadang rame-rame. Yah sekedar setor muka sekalian ngobrol-ngobrol. Jika Dea tidak ngewasitin kita, setelah selesai ngewasitin meja lain dia langsung ke meja kami. Aku pun terus berpikir, “Gile nih Dea.. Body oke.. gue udah bisa jalan sama dia.. masa sih gue ngak bisa ngedapetin tubuhnya!” Sampai suatu malam kucoba mengajak dia untuk main ke tempatku (kebetulan aku kost waktu itu).

“Eh Dea, acara kamu kemana selesai tugas?”

“Nggak ke mana-mana kok.”

“Main ke tempatku mau?”

“Mmm (sambil berpikir) boleh..”

Yes lagi dalam hatiku. Akhirnya dengan membonceng dia, kuajak Dea ke tempat kost-ku yang lumanyan jauh jaraknya.

“Yah beginilah tempat bujangan,” kataku membuka pembicaraan sesudah sampai di tempat kost-ku.

“Lumayanlah buat ukuran kamu yang masih sendiri. Eh Hans, ngomong-ngomong ada yang marah nggak Dea kemari?” sambil tesenyum.

“Nggak kok,” kataku.

“Ah masa sih? Dea nggak percaya..”

“Bener lagi (kebetulan aku masih single waktu itu), kenapa emangnya?”

“Ah nggak apa-apa kok,” kata Dea.

“Dea mau minum apa? teh manis yach?” kataku.

“Boleh..”

Kemudian aku mulai merebus air dan membuatkan teh manis untuk Dea. Sesudah selesai aku membuatkan teh manis untuknya, kami mengobrol kembali dan ternyata Dea sudah tiduran di kasur busa ruangan kost-ku. Sambil menaruh cangkir teh di meja, aku mencoba untuk memeluknya. Ya ampun.. si junior mulai bereaksi juga nih. Soalnya dia sexy sekali. Apalagi waktu dia tiduran roknya agak tersingkap sehingga terlihat sedikit kulit mulus di balik roknya. Dengan sedikit senyum di wajahnya, dia menginginkan aku tidur di sebelahnya. Aduh mak.. bingung juga nih. Soalnya dia lebih agresif, diluar perkiraanku sih. Padahal aku ada rencana untuk memulainya.

Tanpa menunggu lama lagi kubikin remang-remang ruangan di kamar kost-ku. Lalu aku tidur di sebelahnya. Deg-degan juga sih rasanya. Kemudian tanpa dikomando kami memulai saling berhadapan. Nggak tahu juga kenapa bisa bersamaan mulainya. Dia mulai memelukku kemudian aku memulai mencium keningnya. Lalu dia langsung membalas mencium leherku dan tanpa basa-basi lagi aku menyambar bibirnya yang mungil. Kemudian kami langsung berciuman dengan saling mengulum lidah kami. Gila! dalam hatiku. Nih cewek jago juga ciumannya. Kemudian dia membuka bajuku dan menempelkan lagi bibirnya di leherku. “Ssshh..” dengan lincahnya dia memainkan lidahnya di antara leher dan sekitar belakang telingaku.

“Sshh.. eh Dea..”

“Hemm.. kenapa lagi Say?” katanya terkejut.

“Nggak ada cupang-cupangan yach?”

Kemudian dia langsung menyambarkan lagi bibirnya dengan sedikit bernafsu. Busyet deh. Aku menggeliat sedikit sambil menghindar dan Dea tersenyum.

“Iya deh.. Nggak dicupang.”

“Suer lho gue kan malu..”

“Emang gue pikirin?” katanya.

Setelah selesai berbicara aku langsung menyambar bibirnya. Kemudian tanganku berusaha melepaskan kaitan bra tanpa membuka busananya terlebih dahulu. Terbuka juga. Aku langsung mengarahkan tanganku ke payudaranya. Gile bener.. 34B, ukurannya pas segenggam. Kemudian aku memainkan puting susunya. “Mmmhh.. sshh..” desisnya. Melihat kelakuanku dia sadar juga. Akhirnya dia membuka baju yang dia kenakan malam itu, dan langsung menjulanglah dua gunung yang indah menantang itu. Dia rupanya sudah mulai terangsang. Kemudian kuarahkan mulutku ke arah puting payudaranya, lalu kulumat puting susu yang ranum itu secara perlahan tapi pasti. Kujilat sekeliling puting susunya. “Mmmhh..” Dan dia pun sedikit mengejang. Mungkin akibat rangsangan yang ditimbulkan dari kuluman lidahku terhadap puting susunya. Sambil mengalungkan tangannya ke leherku, terkadang menjambak rambutku.

“Ssshh.. aahh.. mmhh..” dia terus menikmati permainan lidahku terhadap putingnya. Tanpa terasa batang kemaluanku pun telah berdiri tegap. Terus terang pembaca, rasanya aku juga sudah mau keluar juga. Atas dasar itu aku menghentikan permainan lidahku dan langsung berbaring sebentar di sebelahnya. “Dea.. nyantai dulu yah. Jangan terlalu nafsu. Aku kayaknya udah diujung nih.” Tanpa perkataan dia terus mengarahkan bibirnya ke puting susuku dan memainkan lidahnya. Sedikit menggeliat tubuhku karena menahan gejolak yang amat sangat. “Mmhh aahh..” Dia kemudian memainkan lidahnya dari dadaku sampai ke pusar. “Bener-bener deh nih cewek,” dalam hatiku. Sambil terus memainkan lidahnya bak mandi kucing, dia mulai membuka celana yang kupakai dan, “Ups..” batang kemaluanku sudah menjulang agak miring sedikit. Sambil terus menjilati, dia memainkan batang kemaluanku. Dia begitu agresif. Akupun tidak mau ketinggalan untuk melawan agresifnya.

Aku pun mulai memainkan payudaranya lagi, dia tetap menjilati seluruh tubuhku. Karena posisinya agak nungging aku mencoba untuk memasukan tanganku ke dalam roknya. Tapi tanganku ditepis. “Lho..” dalam hatiku. Tanganku dipegang olehnya dan kemudian dia merubah posisinya menjadi agak tiduran.

Kemudian dia berbicara, “Hans, Dea aja yach yang puasin kamu..”

“Lho kenapa?” aku bertanya keheranan.

“Lagi M (mens) nih sorry nih..”

Ya ampun kecele deh gue. Sambil tersenyum aku mengangguk.

“Ya udah ngak apa-apa kok, lain kali aja yach Hans puasin kamu.”

Dia mengangguk. Lalu dia melanjutkan memainkan lidahnya. Tapi batang kemaluanku.. ya ampun.. rupanya tidak bisa menerima kenyataan ini.

“Lho Hans, kenapa?” tanya Dea.

“Marah nih si junior,” kataku sambil tersenyum, dan Dea pun tersenyum sampai akhirnya kami berciuman dan tidur bersama menghabiskan malam itu dengan penuh kejutan-kejutan yang yang membuat kami saling tersenyum. Tentu saja hatiku sedikit dongkol. Ya gimana nggak dongkol, udah diujung tapi doi lagi palang merah, pusing.. pusing..!

Setelah peristiwa malam itu aku sering mengantar Dea pulang walaupun harus bela-belain berangkat dari tempat kost-ku. Sampai tiba saat yang dinantikan yaitu ketika dia ada waktu dan mau main ke tempat kost-ku. Kejadian sama seperti yang lalu. Kali ini Dea tampil lebih sexy dengan kemeja dan span. Setelah sampai di tempat kost-ku, aku langsung memeluknya dari belakang dan menciumi leher dan belakang telinganya. Sambil tetap memeluk dia aku bertanya, “Lagi M (mens) nggak Non?” tanyaku.

“Nggak..” jawabnya mesra.

Kemudian dia berbalik dan bibir kami pun beradu dan saling memainkan lidah kami. “Mmmh.. ss.. mmhh..” sambil terus kami berkuluman lidah, tanganku mulai membuka kancing kemeja yang dia pakai dan tanganku pun langsung membuka pengait BH-nya. Dan menjulanglah buah dadanya. Sambil meremas-remas aku mengarahkan bibirku di puting payudaranya. Langsung aku mengulum puting payudaranya. Terkadang aku memainkan dengan jariku sehingga dia agak menggeliat-geliat. Sampai akhirnya kupapah dia ke kasur. Lalu aku membuka baju dan celanaku sehingga yang tersisa hanya celana dalam saja. Tentu saja si junior sudah ngecap di situ sampai nongol segala, seperti lagi ngintip.

Kemudian dia pun membuka kemejanya dan rok spannya. Setelah dia membuka kemejanya aku langsung menjilati sekujur tubuhnya. “Mmmh.. sshh.. ahh..” Dea mendesah sambil terus aku memainkan lidahku. Aku kemudian membuka celana dalam Dea karena yang tertinggal hanyalah itu. Kemudian aku melihat kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu kecil. Terkesan sensual sekali memang. Kemudian aku merubah posisiku agar aku dapat juga melihat lebih jelas, kalau perlu menjilati kemaluannya. Aku mencoba untuk mengangkangkan kedua kakinya. Alamak.. mungil sekali daging yang berwarna pink pucat itu. Kemudian tanpa aba-aba lagi langsung aku melabrak benda kecil itu. Aku menjilatinya sampai di sela-sela klitorisnya. Dia pun tidak kuasa menahan kenikmatan yang tiada tara tersebut. Aku terus memainkannya sambil menjilati cairan-cairan pelumas yang sudah membanjir sejak tadi.

“Hans, eh ya udah dong, Dea udah becek banget nih,” bisiknya sambil dia memutar tubuhnya untuk mendapatkan batang kemaluanku. Melihat itu aku langsung saja mengakhiri acara menjilati kemaluannya. Aku membiarkan dia menjilati seluruh tubuhku. Tentunya dengan rangsangan yang sangat hebat yang sedang menerpa dirinya. “Mmmhh.. sshh..” dia mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. “Sshh.. ahh.. mmhh..” aku menaikkan sedikit pantatku sehingga batang kemaluanku agak masuk ke dalam mulutnya. “Aaahh.. sshh..” dia pun mengocok batang kemaluanku dangan menggunakan mulutnya. Bernafsu sekali. “Mmmpp.. mmpp.. mmhh..” sambil memainkan jariku di kemaluannya, ia mendesah kembali. “Ahh.. sshh..”

“Oh Hans, masukin yach.. Dea udah nggak tahan nih.”

Aku melihat dirinya seperti hampir dilanda gelombang orgasme yang hebat. Akhirnya dia pun menuntun batang kemaluanku ke dalam liang senggamanya (saat itu posisiku di bawah). “Bless..” Karena dia sudah basah sekali, aku pun merasakan licinnya batang kemaluanku ketika mulai menembus liang kewanitaannya. “Ahh.. sshh.. kamu hebat Hans.” Aku diam saja sambil mengimbangi goyangannya. “Ssshh.. ahh.. sshh.. Hans aku keluar.” Benar aku merasakan batang kemaluanku hangat di dalam liang senggamanya. Kemudian dia lemas. Aku menyuruh dia untuk posisi di bawah. Akhirnya aku menghujamkan lagi batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya. “Eeeaahh..” aku menggoyangkan pantatku naik-turun dengan kakinya yang kukangkangkan. Aku merasakan dia akan orgasme lagi. Sambil menggigit bibir bawahnya dia menatapku penuh harap supaya aku memuncratkan cairan kejantananku. “Ssshh.. aahh.. sabar yach Dea,” aku terengah-engah, “Sebentar lagi..” Aku menggoyangkan pantatku secara cepat dan akhirnya.. “Ssshh.. ahh.. uuhh..” Aku menekan batang kemaluanku di liang kewanitaannya. “Aaahh..” aku langsung mencium keningnya dan dia memelukku sambil berucap kecil, “Aku sayang kamu Hans, kamu hebat.” Aku hanya diam saat itu.

Akhirnya kami pun melakukannya setiap ada kesempatan. Sampai pada akhirnya dia tidak bekerja lagi di Coxx, dan aku pun tidak tahu lagi keberadaannya. Aku sudah mencoba bertanya kepada teman-temannya yang ada. Mereka hanya bilang, Dea ada masalah keluarga. Harus pulang mendadak. Sampai saat ini pun aku tidak pernah bertemu Dea lagi, kemana aku harus mencari. Aku tidak tahu lagi. Aku coba telepon tempatnya. Ya katanya sama, sudah pulang kampung.

Akhirnya ini hanya menjadi kenangan di mana aku selalu teringat dengan Dea jika sedang melewati tempat main bilyard Coxx. Sekarang aku sudah berkeluarga. Biarlah ini menjadi kenangan yang tidak akan pernah kulupakan, karena dengan sedikit kegigihan aku berhasil mendapatkan seorang Dea yang ternyata dia adalah seorang wasit primadona dan diperebutkan oleh laki-laki lain bak sebuah kompetisi.

TAMAT

Tags : cerita 17sex, cerita sex, foto ngentot, smu bugil, gadis indonesia, gambar bokep, cewek 17 tahun,17 tahun forum,gadis 17 tahun,tante girang bugil,gadis telanjang bugil,gadis bugil abg,julia perez bugil,cewek montok bugil,dewi persik bugil,gadis bugil 3gp,cerita dewasa

Apr
25

Ini benar-benar pengalaman saya masa dulu sebelum menikah, saya adalah salah seorang cewek sudah pernah berhubungan dengan cukup banyak laki-laki dari perbagai suku, ada yang Chinese, pribumi, sampai bule pun pernah.

Cerita ini adalah pengalaman saya dengan si bule tersebut. Waktu itu saya pergi ke Pelabuhan Ratu, kami berangkat dari Jakarta pagi, berdua saja berangkat dengan tujuan di atas, tanpa berhenti dimana-mana. Siang kira-kira jam 14:00 kami tiba di tempat tujuan. Setelah selesai check in, masuklah kami ke dalam kamar yang telah ditunjukkan oleh salah satu pegawai hotel. Kami bermalam disanalah satu hotel top di daerah tersebut. Sesampainya di kamar, tanpa mengucapkan “ABC”, saya juga lupa siapa yang mulai dulu, tahu-tahu kami berdua sudah dalam keadaan bugil, padahal rencana sebelumnya kami akan pergi berenang. Mula-mula kami berciuman dengan tangan berdua masing-masing bergerilya pada tempat yang makin membangkitkan nafsu birahi kami, kemudian dia mulai menelusuri bagian selangkangan saya dan menggosok-gosokkan tangannya pada kemaluan saya, yang otomatis menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa, dia mencari klitoris saya dan mulai mempermainkannya dengan jari jempolnya. Karena saya sudah begitu bernafsu otomatis daerah lubang kemaluan saya menjadi lebih dan lebih basah lagi dan itu mempermudah dia untuk memasukkan salah satu jarinya pada lubang kewanitaan saya. Bisa dibayangkan bagaimana nikmatnya saya saat itu. Sementara saya pun tidak ketinggalan beraksi, dengan tangan saya, saya juga berusaha memijat, meremas dan mengusap-usap batang kemaluannya yang makin lama makin menegang, rupanya dia juga sangat menikmati permainan yang saya lakukan. Kami terus berciuman sambil terus saling meraba dan meremas selama kira-kira lima menitan.

Kemudian dia mengajak saya dan merebahkan saya di atas tempat tidur, tanpa membuang waktu sedikit pun dia langsung meletakkan seluruh wajahnya pada selangkangan saya, yang sudah basah sejak tadi, dia menjilat, menyedot dan menggigit kecil klitoris saya dengan rakusnya. Sementara jari tengahnya dimasukkan dan dikocok-kocokkan pada lubang kemaluan saya. Saya betul-betul merasa seperti berada pada surga kenikmatan, sebentar saja saya sudah mengalami orgasme dan saya menggelinjang hebat, “Ooohh.. I’m comiing..” dan sepertinya dia tahu, dia malahan tidak melepaskan mulutnya dan malahan semakin agresif mengenyot-enyot klitoris saya. Setelah dua kali orgasme dia kemudian berhenti menjilati saya dan berlutut dekat saya dan mendekatkan batang kemaluannya pada wajah saya, yang langsung saya masukkan ke dalam mulut saya, dengan rakusnya saya menjilat, menghisap dan mengulum batang kemaluan pasangan saya dengan nikmat, “Hhhmm..” Mulut saya yang mungil terasa sangat penuh, mengingat batang kemaluan pasangan saya cukup besar dan panjang.

Pasangan saya begitu menikmati semua yang saya lakukan padanya, sambil berseru, “Oh yess.. yess..” dan sampai pada akhirnya sepertinya dia sudah tidak tahan lagi, dia langsung mencabut batang kemaluannya dari mulut saya dan langsung memasukkannya pada lubang kemaluan yang sudah sangat basah. Mula-mula dia menggenjot secara perlahan sambil menikmati remasan lubang kemaluan saya dan saya pun menikmati besarnya batang kemaluan bule yang masuk ke lubang kemaluan saya. Ritme goyangannya semakin cepat dan saya pun sudah akan mencapai orgasme lagi, sementara dia pun seperti gunung yang sudah akan meletus, mempercepat goyangannya, maju-mundur, sampai akhirnya dia berteriak, “I’m comiing..” dan saya pun merasakan spermanya yang hangat menyemprot-nyemprot lubang kemaluan saya dan kedutan batang kemaluannya segera membuat saya mencapai orgasme yang sangat luar biasa nikmatnya dan berteriak dengan serak, “Ooohh.. I’m comiing too..” lubang kemaluan saya terus meremas batang kemaluannya sampai akhirnya dia terkulai lemas di ranjang.

Kami kemudian membersihkan badan di kamar mandi, sekalian memakai baju renang dan pergi ke kolam renang, kami berenang sebentar dan sempat santai ke pinggir pantai untuk menikmati matahari yang sudah akan tenggelam, kemudan balik lagi ke kamar untuk mandi. Setelah mandi kami coba istirahat di atas ranjang yang tersedia, dengan maksudnya mau istirahat, tapi kenyataannya menjadi lain begitu dia mulai meraba-raba selangkangan saya lagi, mencari-cari mulut saya untuk dilumatnya, begitu hot-nya ciuman kami, beradunya dua bibir dan lidah yang saling memilin menimbulkan suara kecipakan khas suara orang yang sedang berciuman, dan kami kembali bugil saling melumat bibir dan juga saling meraba dan meremas alat kelamin pasangan kami. Kami berdua menggelinjang penuh kenikmatan. Digosokkannya telapak tangannya pada permukaan lubang kemaluan saya, sambil mencari-cari klitoris saya dan tak lupa jari tengahnya dimasukkan ke dalam lubang kemaluan saya yang sudah mulai basah dan jempolnya tetap menggosok klitoris saya, hal ini membuat saya melenguh keenakkan, “Oh.. yess.. oh.. nicee..”

Sementara itu tangan saya pun sudah mengurut-urut batang kemaluannya yang sudah semakin besar dan mengeras saja. Pasangan bule saya itu kemudian membalikkan badannya, sehigga posisi kami saat itu menjadi “69”, dia mulai menjilat bibir labia saya, mengulum, menyedot klitoris, dan juga lidahnya mencoba masuk ke dalam lubang kemaluan saya yang sudah mulai memproduksi “santan” yang cukup banyak, sepertinya dia amat menikmati perbuatannya itu dan begitu rakusnya dia menikmati lubang kemaluan saya, hal ini semakin membuat saya menggelinjang kenikmatan, “Achh.. achh..” nikmat sekali, terus terang saya memang paling menikmati jika lubang kemaluan saya, dijilat, disedot, dikulum seperti orang sedang makan ice cream saja. Beberapa kali saya mencapai orgasme waktu itu saya tidak ingat, kelihatannya dia tahu benar bagaimana memberikan kenikmatan yang saya inginkan, saya menggelinjang hebat, sampai merasakan ngilu pada klitoris saya karena terus-terusan disedot, dikulum dan digigit-gigit oleh pasangan saya. Sementara saya sendiri pun, begitu melihat ada batang kemaluan yang besar tepat di muka saya. Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi langsung melahapnya, saya kulum, jilat dan saya sedot seperti saya sedang makan es waktu kecil, buah zakarnya terayun-ayun membuat saya semakin ingin mengulumnya juga, saya jilat, saya kulum dan disertai remasan-remasan yang memberikan rasa nikmat, dia juga begitu menikmati apa yang saya kerjakan, terlihat dari semakin besar dan keras batang kemaluan pasangan saya, cairan bening dari batang kemaluannya sudah mulai keluar dan desahan nikmat yang keluar dari mulut kami berdua sudah bercampur. Kami terus saling menghisap, mengulum alat kelamin pasangan kami dan juga saling menikmati sampai kira-kira cukup lama berlangsung sekitar 10 menitan.

Baru setelah itu dia membalikkan badannya sehingga wajah kami saling berhadapan, dengan bantuan tangannya segera diarahkan batang kemaluan besarnya pada lubang kemaluan saya yang sudah amat basah. Terasa penuh batang kemaluannya dalam lubang kemaluan saya. Mula-mula diputar-putarkan batang kemaluannya sehingga seluruh lubang kemaluan saya bisa merasakan nikmatnya batang kemaluan besarnya, saya sudah tak tahan lagi, baru sebentar saja saya sudah mencapai orgasme, dengan erangan nikmat saya, “Ooohh.. I’m comiing..” Setelah tahu saya orgasme, pasangan saya malah semakin semangat menggoyang-goyangkan pantatnya, dengan posisi memutar dan juga maju mundur, bunyi suara batang kemaluannya keluar masuk lubang kemaluan saya yang sudah sangat basah terdengar kecipakan keras sekali. Rupanya lama-lama dia juga sudah tidak dapat menahan nikmatnya remasan dan jepitan lubang kemaluan “melayu”, sebentar kemudian dia pun ikut berteriak, “I’m comiing.. too..” saat itu sperma yang disemprotkan begitu terasa hangat menyiram lubang kemaluan saya, “Sret.. sret.. sret..” dan kedutan batang kemaluannya masih terasa sehingga membuat saya mencapai orgasme lagi yang kedua kalinya. Orgasme ini benar-benar membuat saya melayang serasa di surga ke tujuh.

Selanjutnya kami berpelukan dengan lunglai tapi penuh kenikmatan, tertidur dengan bugil cukup lama karena begitu terbangun hari sudah lumayan malam dan perut kami sudah mulai terasa lapar, karena dari siang tidak sempat makan, hanya roti bekal kami yang mengganjal perut saat itu. Segera kami bersih-bersih dan memakai pakaian untuk “dinner” di restaurant di bawah. Pada waktu berjalan terasa dengkul saya lemas karena orgasme yang saya capai berkali-kali, tapi saya bersyukur karena saya bisa menikmati orgasme yang kata orang suka susah didapat, apalagi kalau pasangan kami tidak perdulian.

Malam itu sehabis pergi makan malam, saya coba pasang TV yang ada dalam kamar, ternyata tidak ada acara yang menarik, sementara dia pergi ke teras untuk melihat suasana di luar, saya tidak mau ikut ke teras karena perasaan tidak nyaman terus menyelimuti hati saya, saya tahu pasti cerita yang beredar tentang Nyi Roro Kidul, jadi saya coba untuk di dalam kamar saja. Karena acara TV tidak ada yang bagus, saya pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi dan membersihkan make up saya, sekalian saya ganti baju tidur, eh nggak tahunya dia juga sudah masuk kamar lagi, dan begitu melihat saya sudah memakai celana pendek dan kaos, dia bilang katanya, “I think it’s better if you’re not wearing anything..” sambil dia langsung melepas semua pakaian saya, dan juga melepas pakaiannya sendiri.

Dengan saya masih berdiri tegak telanjang dengan lembut diciuminya semua badan saya dari wajah sampai kaki, dia bilang, “You smells good..” Setelah itu baru kami mulai berciuman, mula-mula sih dengan lembut, tapi lama-lama yang namanya nafsu tidak dapat ditahan lagi, lidah yang saling memilin, bibir yang saling memagut sepertinya nggak ada hari esok, tangannya pun sudah mulai melakukan usapan-usapan tangannya ke arah selangkangan saya seperti biasa, dan saya juga sudah mengelus-elus batang kemaluannya, jarinya pun sudah dimasukkan juga ke dalam lubang kemaluan saya dan terasa enak sekali dan saya mengeluh dan mendesah, “Oooh.. yess.. yess.. nice..” terus ciumannya mulai turun dari mulut terus lagi ke leher, ke perut dan akhirnya mentok pada selangkangan saya. Dia mulai menciumi lubang kemaluan saya yang sudah basah, mengulum, menggigit klitoris saya dan sambil jarinya tetap berada dalam lubang kemaluan saya dan dikocok-kocok dan diputar-putarnya, rasanya begitu nikmat. Dalam waktu singkat saya sudah mencapai orgasme dan santan yang keluar langsung disedot sampai habis dengan rakus olehnya, dia bilang, “Wow.. kemaluan kamu enak sekali..” Hal itu makin membuat saya makin terangsang, sepertinya dia rakus sekali dengan lubang kemaluan yang terpampang di depannya.

Kemudian dia menarik saya dan menyuruh saya duduk di pinggir ranjang dan dia berdiri di muka. Saya sudah tahu apa yang diinginkannya, langsung saja saya nikmati batang kemaluan besarnya, begitu besarnya sampai penuh rasanya di mulut saya, mula-mula saya jilati batang kemaluannya yang penuh dengan urat, kemudian kepala batang kemaluannya saya kulum, dan saya hisap sambil menggumam, “Hmm.. hmm..” sambil tangan saya meremas-remas dengan lembut buah zakarnya, dia begitu menikmati, terlihat dari mimik wajahnya dan desahan yang keluar yang keluar dari mulutnya, “Oooh.. yes.. ooh yess..” Kemudian setelah berlangsung 5 – 7 menitan dia rupanya sudah sangat tidak tahan dan melepaskan batang kemaluannya, dan mendorong saya tertidur dan langsung menimpa badan saya dan segera memasukkan batang kemaluannya sepenuhnya sepanjang 16 cm itu ke dalam lubang kemaluan saya. Terasa penuh dan enak sekali rasanya terutama ketika ujung batang kemaluan menusuk ujung lubang kemaluan saya. Dia kemudian mulai bergerak maju-mundur perlahan-lahan sambil pantatnya melakukan goyangan memutar, sepertinya seluruh bagian dalam lubang kemaluan saya terkena kena sentuhan dan gesekan batang kemaluannya. Saya sudah tidak tahan lagi, sebentar saja rasa nikmat menjalar keseluruh badan saya dan saya mencapai orgasme sampai bergetar rasanya, tetapi pasangan saya itu bukan berhenti atau memperlambat gerakannya, tetapi malah ditambah dengan kocokannya yang semakin cepat, sehingga orgasme lanjutan tak dapat saya cegah lagi.

Betul-betul luar biasa rasanya, sepertinya dia tahu benar cara untuk memuaskan saya. Baru setelah saya mencapai orgasme yang keempat kalinya dia berteriak, “I’m comiing too..” sambil disemprotkannya sperma hangat ke dalam lubang kemaluan saya, “Sret.. sret.. sret..” begitu terasa kedutan batang kemaluannya dalam lubang kemaluan saya. Kami berdua jatuh terhempas lemas, terutama saya merasa lemas sekali karena orgasme yang terus menerus. Kami berbaring sambil tetap berpelukan dan dia mengecup saya sambil mengatakan “I love you..” Kemudian beberapa lama baru saya ke kamar mandi untuk cuci-cuci, begitu banyak sperma yang keluar dari lubang kemaluan saya saat saya buang air. Setelah itu kami pergi tidur, saya pun tidur hanya memakai kaos tanpa mengenakan celana dalam dan dia pun bertelanjang dengan cuma memakai celana pendek longgar saja, sepertinya tenaga kami sudah sangat terkuras habis, terbukti dari langsung lelapnya kami begitu kepala bersandar di bantal.

Esok paginya, seperti mimpi, saya merasa seperti ada orang yang sedang menciumi selangkangan saya, ternyata begitu saya buka mata, dia langsung bilang,

“Good Morning, I’m having my breakfast now..” katanya.

“Do you want to joint me..?”

Ya, begitulah sekali lagi melakukan apa yang telah dilakukan sebelumnya dan acara bersetubuh pun terulang lagi dan yang berakhir dengan saya orgasme dua kali. Setelah selesai baru kami pergi mandi dan siap-siap sarapan benaran, beres-beres barang dan check out, karena takut kemalaman sampai di Jakarta.

Sepanjang perjalanan saya merasa sperma yang ada dalam lubang kemaluan saya kadang-kadang keluar kalau saya bergerak, celana dalam saya sudah mulai terasa basah. Ternyata begitu sampai di rumah saya periksa celana dalam saya benaran basah kuyup, bisa dibayangkan banyaknya sperma yang disemprotkan ke dalam lubang kemaluan saya. Selesailah cerita saya di Pelabuhan Ratu, besok-besok saya coba cerita pengalaman saya yang juga cukup seru, mudah-mudahan pembaca dapat menikmatinya dan sampai nanti, bye.

TAMAT

Tags : cerita 17sex, cerita pemerkosaan, telanjang, cewek bugil, 3gp gratis, abg telanjang, galeri artis bugil, foto bugil, gadis indonesia bugil, artis bugil, bugil, ngentot foto artis bugil, bugil abg, www.gadis bugil, cerita dewasa, bugil tante girang

Apr
23
Kala itu aku numpang kost di rumah temanku yang sudah berkeluarga, sedang seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga di rumah itu, sebagai pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja.

Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun belum pernah mengenal wanita secara khusus apalagi namanya pacaran, maklum orang tuaku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa depan. Apalagi setelah aku selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati hasilku selama ini. Itu sekedar background kenapa gadis itu aku pandang biasa saja, karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari tingkat pendidikanku sendiri. Namun dari hari kehari Nani si gadis itu selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri, namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang serasa di buru-buru.

Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura memperhatikan ke arah lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku, tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu di rumah.

Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain di rumah, dan hingga pada suatu pagi ketika gadis itu sedang menyapu kamarku yang kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu membungkuk, aduhh.., rupanya perh yang sedang bercermin tersapu juga oleh pemandangan yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar terhidang di depanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan dada rendah. Dengan tidak membuang kesempatan aku nikmati keindahan payudara itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku.

Menjelang dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit. Dengan gerak refleks, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia rasakan. Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules perut tiba-tiba, maka aku bimbing dia ke kamarnya dengan tetap merintih memegangi perutnya sampai ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan memintaku untuk diberikan obat gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan dan sambil berjaga dia gosok perutnya dari balik blousenya.

Tetapi tiba-tiba saat menggosok lagi-lagi dia mengerang dan mengaduh, sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi perutnya dan sambil ikut mengurut juga. Dan nampak sedikit agak berkurang rintihannya, sambil masih tetap kuurut perutnya. Kepanikanku mulai hilang dan aku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan tiba-tiba tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan tanganku terus menelusup diantara buah-buah itu sambil memetik-metik putingnya.

Gadis itu mulai merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus dan terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan di dalam celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda. “Eehh.. Mas.. gelii.. tapi nikmat, aahh.. eehmm aduuhh nikmat mass..” Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku.

Tanpa buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya mulut kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan lidah dengan penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke kancing-kancing blousenya.

Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu juga aku terperanjat, “Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus berangkat kerja wahh, aku terlambat”, kataku. Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku berkata, “Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?”.

“He.. eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?”.

“Kenapa Nan..” tanyaku.

“Mas kemot dulu dong buah dadaku, ntar baru boleh berangkat”.

Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan “terpaksa” aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya, sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam.

Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, segera aku bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk. Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.

Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis itu sudah di belakang mendekapku dan ohh, menakjubkan.., rupanya sedari tadi dia aku tinggalkan, dia tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu di kamarku. Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku. Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan puting susunya di dadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling mengulum. Lama kami pada posisi berdiri “Eeehh.. mmaas eehh eegh enaak sayang ngg.., teruss, teruss.. gelii.. egghh eenaak” erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya.

Kegairahan pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali di lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu.

Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting dan satu hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang terpendam untuk mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang sedemikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kalinya. “Mass sayang terruss kemot pentilku.. mmaass gelii, geelii,.. eehm Mas nikmat.. terus jilatin pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..”. Dengan penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke tonjolan daging di selangkangannya.

Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang bahkan penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma. Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik “A’aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya”.

Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah dadanya sambil memilin-milin putingnya “Mass.. he’eh begitu kemotin pentilku teruss.., susuku diremass-re’eemas.. e’eenak eeh.. ehghhm.. yangg geli..”. Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina, “eeh, eehh.. eehh.. eehh.. eeheh.. eh”. Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya. “Mas.. tarik CD-ku dan lepaskan celanamu..”, sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang masih dalam keadaan telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya ke atas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya, sambil terus kutarik perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata serta senyum-senyumnya yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit keriting dan bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan itu.

“Nin.. kenapa sih” tanyaku nakal, “Apanya.. Mas” sahutnya sambil senyum, “Kalau dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi”. “Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli”. “Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi” tanyaku, “Enak.. Mas, rasanya pingin terus, kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot bareng-bareng sama mulut Mas. Terus di liang kewanitaanku jadi ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku eeghh.. hemm gimana yach bergidik. hhmm” akunya. “Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?” tanyaku penasaran. “Iiih.. Mas nakal, ya.. Pingin lagi dong”, sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas. “Kalau adik Mas rasanya gimana tuh kalau kupegang-pegang gini?, geli nggak?” keingin-tahuannya besar juga. “Sama nikmat rasanya, pengin terus dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh.. eh” dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya.

“Kalau ininya dipegang-pegang gini gimana Mas?” sambil dia pegang dan raba-raba buah pelirku.” Yah nikmat juga” tegasku sambil aku elus-elus pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. “Eh.., Mas tadi kutipu, pura-pura sakit, habis Mas kelihatannya cuek saja”, sambil dia senyum nakal menggoda. Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku. “Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya Mas?” tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang, “Kita kelonan terus saja seminggu ini siang ataupun malam”.

Kebetulan kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda “Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang nyediain makan gimana dong”. “Yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina entar kenyang”. Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata “Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng”. Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya “Mas.. kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh.. M eghhmm.. aduuh.. nikmat Mas di memekku.. geli rasanya teruuss eeghh.. eghh”. Dan aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya. “Eeehh.. eennak.. aahh.. aahh uuhhgg uughhg uuhh.. ehhehh” saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya.

Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku ke lubang senggamanya. Maka sementara aku tahan walupun penisku pun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilatlubang clitorisnya, kembali dia terpekik “aahhuughh huu.. hu.. egghh aduh.. eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass aahh aku nggak kuat, Mass.. Mas.. eghh.. egh hhgeehh.. Mas.” sambil dia aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak “hehehggheh ahh.. ehhehh.. huhh.. mass.. aku.. akuu rasanya.. eghh” dan dia bangkit sambil menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak “Mas masukkan Mas.. eeghheghh” dan dia angkat kakinya sambil telentang dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku memasuki clitorisnya. “Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam.. kocok terus selangkanganku aduhh eghh Mas enakk”.

Sambil menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot. “Eehhgehhg.. teruss. teruss Mas.. maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass ada yang keluar eghh.. eeghh. eehhgg aduuhh.. mass..” “ahhgg-agh.. Nani aku aduh egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm.. nikmat.. terus sedot” “Mass nikmat.. sekali nikmat.. dalam sekali. Aahh aduh.. hhaghhah Mass.., aku mau keluarr”. “Aku juga Nan.. ahhgh aku sudah mau keluar.. ahgghhah”. Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu aku merasa dia terlepas dari penisku, dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya “Cppokklep.. plekk.. clepk.. clkek.. cslckek” bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih.

Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama dengan air yang sebelumnya kami. Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati hubungan seks dengan seorang gadis kampung bernama Nani.

TAMAT

Tags : cerita 17sex, cerita sex, cerita sexs, cerita seks, foto bugil, mahasiswi bugil, ngentot, memek, cewek telanjang, kumpulan cerita dewasa,cerita seru,cerita dewasa 17tahun,cerita 17 tahun,17 tahun us,17 tahun hot,cerita panas,artis bugil

Apr
22

Hujan masih saja turun dengan lebatnya dan telah berlangsung selama 2 hari. Segala aktifitas jadi kacau berantakan. Tidak tahu harus berbuat apa. Jalan juga tampak lengang karena orang-orang lebih senang memilih tinggal di rumah. Begitu juga denganku, yang meski banyak rencana tapi semua jadi berantakan gara-gara hujan. Oh ya, aku bekerja secara serabutan, yang penting bisa menghasilkan dan halal.

Saat itu aku tengah memandang keluar melalui jendela. Memandang langit yang tampak menghitam, sedikitpun tak ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti. Tiba-tiba sebuah taxi berhenti tepat di depan rumah. Sesaat kemudian seorang perempuan yang belum begitu jelas wajahnya dengan menenteng koper kecil bergegas turun dan berusaha membuka pintu pagar rumahku yang tertutup rapat namun tidak ku gembok. Usaha membuka pintu pagar berhasil dilakukan, namun keadaan itu membuatnya basah kuyup. Tanpa menutup kembali pintu pagar ia berlari-lari memasuki halaman rumah terus mengetuk pintu.

Aku yang sudah menyaksikan ulahnya sedari tadi langsung membuka pintu dan.. Aku terkesima. Sesosok wujud wanita paripurna berdiri di depanku dengan sedikit menggigil. Wanita yang sama sekali tidak aku kenal. Wanita yang.. Berumur kira-kira 23 atau 24 tahun yang luar biasa, seperti dalam mimpi, cantik sekali. Rambutnya lebat panjang bergerai indah. Alis mata yang tebal dan bibir tipis yang memancarkan pesona. Dia juga seperti terheran melihatku.

“Maaf.. Mbak cari siapa?” tanyaku.

“Oh.” dia terlihat gugup, “Maaf Mas. Bukankah disini rumahnya Mas Dudy?”

“Dudy? Dudy Margono?” tanyaku

“Iyya,” jawabnya sambil menepis butir-butir air yang melekat di tubuhnya.

“Wah, sebulan yang lalu Mas Dudy memang masih ngontrak disini, tapi sejak pindah ke Balikpapan aku yang meneruskan kontrakannya,” jawabku.

Jawaban yang membuatnya terkejut dan terlihat amat kecewa.

“Oh, maaf. Mari, masuk dulu Mbak,” tawarku setelah menyadari bahwa wanita itu masih di depan pintu.

“Makasih,” jawabnya terus melangkah masuk.

Akupun mempersilahkannya duduk di sofa lalu minta ijin sebentar mau kebelakang untuk mengambilkan handul karena menyaksikan tubuh dan pakaiannya basah kuyup. Setelah mengambil handuk dalam lemari (aku memang menyimpan beberapa handuk sebagai persediaan kalau-kalau ada teman menginap) dan membawanya keluar. Kulihat dia agak gemetar menahan dingin meski baju yang dikenakannya cukup tebal, tapi hujan yang amat lebat rupanya tidak mau kompromi dan lagi tampaknya gadis ini kelelahan, kemungkinan baru saja melakukan perjalanan jauh. Segera kusodorkan handuk yang disambut dengan senyum, terus melap badannya yang masih berbungkus pakaian.

“Mbak siapa?” tanyaku

“Oh, maaf perkenalkan, aku Vita,” ucapnya menyodorkan tangan.

“Bari,” sahutku menggenggam tangannya yang dingin.

“Saya teman dekatnya Mas Dudy. Saya tidak tahu kalau dia sudah tidak disini. Sungguh, saya tadinya mau bikin surprise dengan datang tiba-tiba. Nggak tahunya.. Wah, gimana ini?” Dia terlihat panik.

“Emangnya Mbak Vita dari mana?”

“Dari Malang, Mas,”

“Gila, sejauh itu?” Tanyaku bagai tak percaya.

Dia hanya mengangguk. Aku jadi terdiam dan turut merasa sedih. Namun akal sehatku segera pulih terutama setelah melihat dia semakin kedinginan.

“Kalau nggak keberatan, silahkan Mbak Vita mengganti pakaiannya yang basah itu di kamar, nanti kita bicara lagi,” ujarku sambil menunjuk kamar tamu. Iapun tersenyum (manis sekali) kemudian beranjak menuju kamar yang saya tunjukkan.

Akupun menunggu dengan gelisah. Aku dengan Dudy memang sahabat dekat, tapi tidak pernah tahu kalau dia punya teman dekat yang begini cantik. Aku juga tahu kalau Dudy itu petualang cinta. Banyak sekali gadis-gadis yang jadi korbannya mengingat wajahnya yang memang tampan, terlalu tampan malah hingga mendekati wajah perempuan, terlalu klimis.

Sebulan yang lalu oleh kantornya ia mendapat promosi menjadi kepala cabang di Balikpapan dan sejak itu ia menyuruhku menempati rumah ini yang telah ia kontrak selama 5 tahun dan baru berjalan 2 tahun sehingga aku bagai dapat durian runtuh karena ketika ia menyuruhku pindah ke rumah ini terutama karena selama ini aku hanya mampu kost di satu kamar pada satu tempat dibilangan Slipi.

Dan gadis cantik yang kini ada di kamar tamu itu, apa termasuk salah satu dari korban rayuan gombal Dudy? Aku tidak berani berpikir yang aneh-aneh tentang gadis itu. Aku positif tahuninking aja. Nggak tega aku memikirkan hal-hal yang ngeres. Dia terlalu cantik dan lembut dimataku. Agak lama Vita di kamar, mungkin sekalian mandi (kamar tamu mempunyai fasilitas kamar mandi).

Kira-kira 30 menit kemudian pintu kamar terkuak memunculkan sosok Vita yang fresh terutama dengan kombinasi busananya yang pas. Saat itu ia mengenakan T. Shirt putih dengan rok midi warna cream. Setelah mandi kecantikan Vita kian tegas. Wajahnya yang aristokrat dengan tinggi sekitar 164 serta polesan lipstik tipis dibibirnya membuatku sejenak seperti bengong, nggak bisa berucap sepataHPun.

“Mas Bari.. Kok seperti orang bengong,” Ucap Vita menyadarkanku dari keterpanaan.

“Oh. Maaf. Mari, monggo. Silahkan,” aku masih grogi. Vita hanya senyum melihat ulahku.

“Ada apa sih, Mas? Kok seperti orang bingung?” tanyanya lagi.

“Ya.. Aku memang lagi bengong, bukan bingung,”

“Lho, kenapa?” tanya Vita sambil duduk di sofa mengambil posisi di depanku.

Aku akhirnya bisa menguasai diri.

“Habis, setelah mandi Mbak Vita ternyata cantik sekali,” jawabku mulai percaya diri.

“Ah, Mas Bari bisa saja. Tapi terima kasih deh atas pujiannya”

Kami akhirnya terlibat dalam pembicaraan yang mengasyikkan. Dia bercerita banyak. Mengenai hubungannya dengan Dudy terutama janjinya bahwa setelah Vita menyelesaikan kuliahnya mereka akan segera menikah. Itulah sebabnya ia segera ke Jakarta utnuk mengabarkan dan membicarakan rencana perkawinan mereka karena Vita baru saja lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Tapi Vita jadi sangat kecewa karena Dudy ternyata sudah pindah tanpa memberikan kabar dan yang jadi masalah karena di Jakarta ini Vita tidak punya kenalan apalagi keluarga. Aku berusaha menenangkan dan memberinya semangat terutama karena Dudy memang sahabatku dan kuutarakan juga bahwa sesungguhnya rumah ini secara resmi masih dimiliki Dudy sebagai pengontrak, aku hanya disuruh menempati agar tidak kosong.

Saat malam tiba, hujan belum juga mau kompromii, sehingga aku tidak bisa mengajak Vita keluar untuk makan malam, terpaksa kita buat menu ala kadarnya. Beruntung karena di kulkas masih ada sisa ikan dan daging, cukup untuk diolah menjadi santapan yang enak. Kita semakin akrab terutama setelah secara bersama kita mengolah bahan mentah di dapur. Akupun tak segan-segan mencandai Vita membuatnya sering tertawa terpingkal-pingkal bahkan sesekali mencubit halus pinggangku.

Usai makan malam, kami melanjutkan pembicaraan sambil nonton TV. Duduknyapun sudah tidak berhadap-hadapan lagi tapi sudah berdampingan. Aroma parfum yang dikenakan amat sejuk dan lembut menciptakan nuansa yang romantis. Aku mencoba menggeser dudukku untuk merapat sedikit. Dia hanya melirik sambil senyum.

“Mulai berani ya, Mas?” tegurnya membuatku kembali menggeser tubuhku untuk menjauh.

“Ya, sudah. Nggak usah di geser menjauh lagi. sudah ketahuan, kok,” ucapnya menarik lenganku mendekat sehingga tubuhku akhirnya teraih mendekat memepeti tubuhnya.

Darahku tiba-tiba bergolak. Hatiku diliputi perasaan yang penuh bunga, apalagi ketika tiba-tiba ia meletakkan tangan kanannya di atas pahaku. Akupun secara refleks melingkarkan lengan kiriku di bahunya. Kami sama-sama diam membisu, namun aku yakin kalau hati kami diliputi perasaan yang sama, ingin lebih dari itu. Pikiran kami tidak lagi terfokus pada TV meski mata tetap tertuju ke sana. Namun aku segera sadar bahwa pertunjukan harus dimulai dan untuk memulai inisiatif harus datang dariku karena tidak mungkin inisiatif itu datang dari gadis yang begini lembut.

Pelan-pelan kuelus rambutnya. Dia diam saja. Lalu kucium rambut yang panjang itu, harum. Diapun diam saja. Lalu rambut panjang itu kusibak dan kususupkan bibirku di lehernya, kukecup halus. Ia juga masih diam, tapi tangannya mencengkram pahaku. Aku kian berani kujilat leher, pas di belakang telinganya. Ia menggelinjang, menarik kepalanya, menoleh menatapku tajam. Aku juga menatapnya dan sejenak kemudian bibir kami saling bertaut. Kami berciuman panjang dan panas.

Aku menekan tubuhnya sehingga rebah telentang di sofa. Aku menindihnya. Tanganku merayap membelai dadanya yang masih tertutup busana. Tapi ia tiba-tiba menahan tanganku dan berusaha menatapku.

“Boleh?” tanyaku berbisik.

Agak lama ia menatapku dan akhirnya mengangguk sambil senyum. Akupun mulai meraba dadanya dengan halus sambil bibirku tak pernah henti melumat bibir tipisnya. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik T. Shirtnya dan meremas ke dua gunung kembarnya yang masih terbalut BH. Deru nafasnya terdengar memburu sementara burung dibalik celanaku kian liar dan membesar seperti mau berontak. Kurangkul tubuhnya, kurengkuh aroma tubuhnya yang harum dan tanganku kian merajalela, tanpa sepengetahuannya (mungkin) aku sudah berhasil melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku masih tetap mendekapnya. Buah dadanya memang tidak terlalu besar, tapi ini ukuran yang paling pas buatku.

Kugesek-gesekkan pahaku ke pangkal pahanya yang secara spontan mulai sedikit terbuka. Kurasakan ada hawa panas di sana. Bibirku dengan rakusnya melalap bibir tipisnya. Aku enggan melepas pagutanku terutam karena bau mulutnya yang bagai bau mulut bayi, segar. Tapi ukuran sofa kurasakan amat mengganggu karena terlalu sempit sehingga mengurangi gerakan kami. Lalu kuhentikan pagutanku.

“Kita pindah, yuk,” tawarku

“Kemana?” tanyanya.

“Ke kamar,” jawabku.

“Mas..”

“Ya?”

Ia berusaha bangun dan aku berhenti menindihnya. Kami kemudian duduk. Ia menatap kedepan ke arah TV sementara aku memandangnya penuh tanya.

“Seharusnya kita nggak begini..” ia berhenti sejenak.

Aku diam menunggu tetap mencoba untuk mengontrol diri.

“Aku ini pacar sahabat, Mas Bari,” lanjutnya.

“Ya,” jawabku singkat.

Lalu kami sama-sama terdiam. Berbagai pikiran berkecamuk dikepala kami.

“Aku minta maaf, Vit,” ucapku tulus.

Dia menoleh memandangku dan. Tersenyum.

“Nggak papa. Aku juga yang salah terlanjur suka pada Mas Bari dan mungkin karena kecewa pada Mas Dudy,” jawabnya tenang.

Tangannya terulur mengusap pipiku.

“Kamu gagah, Mas,” pujinya,

“Ayo kita ke kamar,” pintanya.

“Vita nggak keberatan?” tanyaku bagai tak percaya.

“Kita bercumbu saja ya, Mas? Soalnya untuk yang satu itu aku belum pernah melakukan,” ujarnya polos.

“Tapi saling raba boleh, kan?”

“Ih, Mas Bari nakal,” ujarnya sambil mencubit pahaku.

Akupun segera meraih tubuhnya, mengajaknya berdiri. Lalu tubuh semampai itu kugendong. Tangannya melingkar di leherku. Sambil berjalan menuju kamarku bibirku tetap lekat di bibirnya. Setiba dalam kamar, pelan-pelan tubuh itu kuletakkan dipembaringan sambil terus memagutnya. Kami bergulingan di kasur. Tubuhnya terasa kian panas. Aku mencoba melepas kaosnya. BH yang tadinya sudah kucopot masih berada di balik bajunya. Ia membantu mencopot kaosnya sehingga tanpa susah payah aku berhasil menelanjangi bagian atas tubuhnya.

Darahku kian bergolak memandang tubuhnya yang bak pualam, kulit kuning langsat, bersih, halus tanpa ada sedikitpun cela, sempurna. Lalu tangany meraba seluruh bagian atas tubuhnya terutama ke dua gunung kembarnya yang padat dan keras pertanda birahinya juga sudah meninggi. Ketika aku berada di atas tubuhnya, secara halus kususupkan paha kananku ke selangkangannya dan dia merespon dengan membuka kedua pahanya sedikit sehingga ujung pahaku bebas melakukan aktifitas. Pinggulnya juga secara spontan ikut bergerak mengikuti irama gesekan pahaku.

Serangankupun mulai kutingkatkan. Sambil melingkarkan tangan kananku di lehernya, bibirku tetap mengulum bibirnya sambil lidahku berkelahi dengan lidahnya didalam rongga mulutnya. Tangan kiriku pelan-pelan bergerak menyingkap roknya dan secara halus mengelus pahanya, terus bergerak ke atas dan berhenti di pangkal pahanya, lalu menyentuh Cdnya. CD itu sudah basah, rupanya ia sungguh sudah birahi. Kulepas pagutanku. Mulutnya berdesah ketika tanganku berusaha menyusup kebalik Cdnya dan berhenti di bibir vaginanya.

Sungguh, bibir itu sudah sangat basah. Jari tengahku mengelus-elus bibir vaginanya. Ia semakin menggelinjang sambil membuka pahanya untuk memberikan jalan bagi jariku agar lebih leluasa bekerja disana. Tapi jariku masih merasa terganggu sehingga Cdnya segera kupelorotkan Ia mengangkat pantatnya agar aku mudah mencopot CD nya. Setelah itu pengait roknya kulepas, kutarik resluiting riknya dan kuturunkan rok itu dari pinggangnya, maka dihadapanku kin tergolek dalam nafas memburu sesosok tubuh wanita yang penuh pesona memandangku penuh birahi.

Ketika aku terpana melihat keindahan tubuhnya ia berusaha bangkit, tangannya meraih pinggangku lalu membuka baju kaor yang kukenakan. Setelah itu ia berusaha membuka ikat pinggangku mencopot celanaku sekalian celana dalamku sehingga akupun kini sudah telanjang, persis seperti dia. Matanya terbelalak menyaksikan burungku yang tegak mengacung, besar, panjang dan kaku.

“Wow. Besar sekali, Mas,” pekiknya meraih burungku. Di elus-elusnya.

“Pernah pegang punya Dudy, nggak?” tanyaku. Ia mendongak memandangku.

“Ih, Mas Bari jangan tanya gitu, dong. Itu kan sangat pribadi,” ucapnya protes.

“Sorry,” sahutku. Sambil mengelus buah dadanya.

“Di cium dong, sayang,” pintaku.

Iapun segera membungkuk dan mencium burungku. Betul-betul hanya dicium dengan hidungnya sesekali permukaan bibirnya menempel di kulit burungku. Tampaknya dia belum pernah melakukan oral sex.

“Di kulum dong, sayang,” bisikku.

“Di masukin mulut?” tanyanya seperti nggak percaya.

“Iyya.”

“Ah, aku belum pernah begini, Mas,” jawabnya polos.

“Coba aja. Enak, kok,” desakku.

Akhirnya dengan ragu-ragu ia memasukkan kepala burungku ke mulutnya. Lidahnya belum bermain, hanya mendorongnya maju mundur, bahkan sesekali burungku tersangkut giginya sehingga menimbulkan sedikit rasa sakit. Rupanya ia betul-betul belum ngerti, masih polos.

Setelah memaju mundurkan burungku di dalam mulutnya sekitar 10 menit, ia terlihat kelelahan. Iapun menghentikan gerakannya dan merebahkan diri telentang. Aku kemudian berjongkok, membuka pahanya, lalu kepalaku kususupkan kesana. Hidungku mencium vaginanya lalu bibirku menjilati bibir vaginanya. Ia terpekik sambil meremas kepalaku.

“Mas, jangan. Jorok,” Aku tidak peduli.

Lidahku kian gencar berputar di klitorisnya membuat pantatnya bergerak naik turun sambil mulutnya tak pernah henti berdesah. Bukan hanya lidahku yang berputar meliuk-liuk di seputar klitnya, dua jari tangankupun ikut menyusup memasuki liangnya, membuatnya terpekik-pekik kenikmatan. Hanya sebentar saja jari-jariku bermain disana ketika tiba-tiba saja tubuhnya mengejang. Pantatnya terangkat tinggi, bulu rmanya ikut berdiri. Rupanya ia telah orgasme.

“Ooohh.. Maass.” lenguhnya panjang.

Kedua tangannya merangkulku dengan ketat sementara burungku kian tegang. Aku hentikan aktifitasku. Kupandangin tubuhnya yang lemas. Ada senyum disana.

“Enak, sayang?” bisikku. Dia mengangguk.

“Apa Mas sudah keluar?” tanyanya tidak mengerti. Aku ketawa kecil.

“Belum. Lihat nih, masih kencang betul,” sahutku mengelus-elus vaginanya.

“Jadi gimana dong?” tanyanya.

“Aku masukin, ya?”

“Tapi aku belum pernah, Mas,”

“Saya tahu. Aku masukin kepalanya aja, tidak akan merusak selaput daramu.”

“Betul, Mas?” Aku mengangguk mengiyakan.

Dalam hati aku memang telah berjanji tidak akan merusaknya kalau memang dia masih perawan.

“Iyya deh, Mas. Tapi pelan-pelan aja ya? Aku takut,” ucapnya pasrah.

Aku kemudian membungkuk, mencium bibirnya yang basar. Dengan sabar kuelus kedua gumpalan gunungnya, sesekali kuremas. Aku berusaha membangkitkan kembali gairahnya setelah ia mengalami orgasme. Tangankupun segera berkelana ke selangkangannya dan memainkan jari-jariku ke dalam liang vaginanya tapi tidak terlalu dalam. Vaginanya kembali basah kuyup. Birahinya muncul lagi dalam waktu singkat. Lalu tangannya kuraih kubimbing ke arah burungku. Begitu jarinya menyentuh burungku langsung di remas dan di kocok-kocoknya.

Setelah merasa bahwa birahinya telah bergolak akupun berjongkok, membuka lebar pahanya sehingga bibir vaginanya terbuka memperlihatkan klitoris dan liangnya yang berwarna kemerah-merahan. Burungkupun ku arahkan kesana. Kepalanya kugosok-gosokkan di permukaan vaginanya. Mulutnya mendesis-desis keenakan, lalu secara perlahan tapi pasti kutekan burungku masuk sarangnya. Ia terpekik kecil. Jari-jarinya erat mencengkram punggungku. Pantantnya terangkat sehingga burungku semakin masuk menyusup, belum semua karena aku taku akan merobek selaput darahnya.

Dengan posisi burungku separuh yang masuk aku membuat gerakan maju mundur. Hal ini membuatnya betul-betul menggelinjang keenakan sementara vaginanya semakin banjir rupanya ia lagi-lagi orgasme yang berkesinambungan tapi belum orgasme total. Aku kemudian menggulingkan tubuhku untuk merubah posisi sehingga ia kini berada di atas tubuhku menyebabkan aktifitas membuat gerakan dilakukan oleh Vita. Mulanya pelan-pelan, lalu ketika buah dadanya tepat di depan mulutku, maka gumpalan kenyal itupun ku kulum. Ia menggelinjang dan mempercepat gerakan pantatnya.

Tiba-tiba ia menekan pantatnya dengan kuat disertai pekik kesakitan untuk sesaat, maka seluruh batang kemaluanku amblas. Sakitnya memang tidak terlalu terasa karena vaginanya sudah banjir hanya terasa ketika selaput perawannya robek. Setelah itu tak ada lagi rasa sakit, yang ada hanyalah kenikmatan yang tiada tara.

“Mas.. Robek sudah Mas.. Ooohh.”

“Iyya sayang.. Maaf,”

“Bukan salah Mas. Aku yang nggak tahan,” celotehnya mempercepat gerakannya.

“Maass.. Aku mau keluar lagi.”

“Aku juga sayang.. Dicabut ya?” tanyaku.

“Jangan, biar aja. Sudah kepalang aduh maass.. Aku.. Kkkeeluaarr.”

“Aku juga sayaanng,” pekikku ketika air meniku menyemprot keluar bersamaan dengan puncak orgasmenya.

Luar biasa nikmatnya. Ia merebahkan tubuhnya yang berkeringat diatas tubuhku. Aku mendekapnya erat seakan tak mau melepas tubuhnya. Batang kemaluanku masih bersarang di dalam rongga vaginanya sementara di luar sana hujan mulai berhenti menyisakan rintik yang pelan.

“Maaf, ya sayang. Akhirnya aku telah merusakmu,” bisikku sambil bengecup lehernya.

“Nggak papa kok, Mas. Aku yang mau dan aku puas,”

“Bagaimana dengan Mas Dudy?” tanyaku.

“Peduli amat,” ungkapnya mengangkap tubuhnya duduk diatas selangkanganku karena kemaluan kami masih saling menempel.

“Jujur saja Mas. Aku sebenarnya kesini, selain untuk memperjelas hubungan kami juga untuk menyelidiki berita kalau ia selalu gonta-ganti cewek dan sering bercinta di rumah ini. Aku juga yakin kalau cintanya padaku hanya dimulut, terbukti ketika aku menolak ML dengannya, ia tidak pernah lagi mengontakku,” ujarnya ketus.

“Jadi..?”

“Jadi ya, itu. Aku nggak mau tahu lagi. Aku cuma mau pembuktian. Apa dia benar-benar mencintaiku atau hanya mau iseng,”

“Terus kita, gimana?” tanyaku.

“Terserah Mas. Bagiku, dari perkenalan singkat. Aku yakin Mas orang baik penyayang.”

“Kalau aku bilang aku mau jadi pacar Vita gimana?”

“Jangan tanya aku, Mas karena aku pasti mau. Tapi berpikir dulu yang matang.”

“Justru Vita yang saya minta berpikir matang. Aku saat ini masih kerja serabutan, tapi aku janji akan mencari kerja yang layak sesuai ijazahku.”

“Terus, Mas?” desaknya

“Aku ingin melamarmu. Aku tidak tahu, wanita yang seperti Vita yang selalu ada dalam anganku. Terutama karena aku yang telah mengambil perawanmu,” mendengar kalimatku itu ia lalu memelukku, menghujaniku dengan ciuman.

“Makasih, Mas.”

E N D

Tags : cerita 17sex, cerita ngentot, artis bugil, video bokep, tante bugil, cerita sexs, foto cewek bugil indonesia, model bugil indonesia, artis indonesia bugil, jilbab bugil, photo abg bugil, bugil asia, foto cewek bugil, smp bugil, smu bugil, gambar cewek bugil, memek bugil, bugil, bokep indonesia, cerita dewasa

Apr
22

Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan kantorku ke luar kota untuk mengikuti training, melakukan negosiasi dan maintain pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing. Oh ya, saya John, 32 tahun, berkeluarga dan tinggal di wilayah timurnya Jakarta. Bekasi kali ye. Sebetulnya sejauh ini tidak ada yang kurang dengan keluarga dan profesiku sebagai orang marketing. Sebagai tenaga penjual dengan berbagai training yang pernah kuikuti aku tidak pernah kekurangan teman, pria maupun wanita.

Di mata istriku aku adalah seorang ayah yang baik, penuh perhatian dan selalu pulang cepat ke rumah. Namun di balik itu, sebuah kebiasaan, yang entah ini sudah kebablasan, aku masih suka iseng. Iseng dalam arti awalnya cuma ingin memastikan bahwa ilmu marketing ternyata bisa diterapkan dalam mencari aPapaun termasuk teman cewek, hehehe.. Marketing menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah si cewek tadi juga bisa tergolong customer.

Anyway, Anne adalah orang kesekian yang masuk perangkap ilmu marketing versi 02 (versi 01 adalah customer beneran). Anne gadis berkulit putih berusia 23 tahun, lulusan universitas ternama, tinggi 167, berat 50, (buset, kapan gue ngukurnya ya). Ukuran bra gak hapal, karena sebetulnya aku lebih terkonsentrasi dengan yang di balik bra itu. Mojang Bandung ini kukenal dalam sebuah training di Puncak, Bogor. Dia dari sebuah perusahaan Periklanan di seputaran Sudirman Jakarta dan aku dari perusahaan konsultan Manajemen di sekitar Casablanca, juga di Jakarta.

“Hai Anne, tadi kulihat kamu ngantuk ya?” kataku ketika rehat kopi sore itu di sebuah training yang kuikuti.

“Iya nih, gue ngejar deadline 2 hari dan boss langsung nyuruh ke training ini” katanya.

“Kemari dengan siapa?” kataku menyelidik

“Sendiri.., napa, elo diantar ama bini ya?” Buset dah ketahuan nih gue udah punya bini.

“Ah, enggak, gue sama Andre.. tuh..” kataku sambil menunjuk Andre yang sedang asyik ngobrol dengan peserta lain.

“Lo sendiri kok gak ngantuk sih?”

“Gimana bisa ngantuk sebelah gue ada cewe cakep, hehehe..”

“Ah, masa? Siapa?” Ye, pura pura dia, pikirku.

“Itu tuh, yang tadi ngantuk..”

“Ah, sialan lo..” sambil tangannya mencubit lenganku.

Usai sesi yang melelahkan sore itu, kami kembali ke kamar masing masing. Aku antar dia sampai pintu kamarnya dan janjian ngobrol lagi sambil makan malam.

“Hmm..elo kok nggak bawa jaket An?” kataku ketika dia kulihat agak meringkuk kedinginan di meja makan.

“Iya nih, buru buru.. kelupaan”

“Aku masih punya satu di kamar, biar aku ambilkan”

“Oh, gak usah John.. toh cuma sebentar..”

Tapi aku keburu pergi dan mengambilkan baju hangatku untuknya.

“Thanks, John.. elo emang temen yang baik” katanya sambil mengenakan sweater. Aku membayangkan seandainya aku jadi sweater, heheheh..

Usai makan nampaknya dia buru buru ingin masuk ke kamar. Anne tidak menolak ketika aku menawarkan mengantarkannya. Di depan pintu kamar dia malah menawarkan aku masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk dicinta ulam tiba. Aku pura pura lihat jam. Masih jam besar 20.15.

“Lain kali aja deh, gak enak kan ntar apa kata teman teman” kataku agak nervous tapi dalam hati aku berdoa, mudah mudahan dia tidak basa basi.

“Cuek aja John, kita kan ada tugas bikin outline..” Memang kebetulan aku dan Anne satu group dengan 3 orang lainnya, tetapi tugas itu sebetulnya bisa dikerjakan besok siang. Akhirnya aku masuk, duduk di kursi. Anne menyetel TV lalu naik ke ranjang dan dengan santai duduk bersila.

“Gimana An, kamu udah punya gambaran tentang tugas besok?” kataku basa basi.

“Belum tuh, males ah ngomongin tugas, mending ngobrol yang lain saja”

Horee.. aku bersorak, pasti dia mau curhat nih. Bener juga.

“John, gue jadi inget cowok gue yang perhatian kayak elo..sama bini elo juga begitu ya?”

“Yah, Anne.. biasa sajalah, sama siapa siapa juga orang marketing harus baik dong, apa lagi sama cewe kayak elo.. hehehe..”

“Tapi gue akhirnya mengerti kalau cowo perhatian itu gak hanya punya satu cewe, tul gak sih?”

“Tergantung dong An, buktinya gue punya bini satu, hahaha..”

“Tapi kayaknya elo juga punya cewe lain.. ya kan?”

“Kok tau sih?” kataku pelan.

Aku jadi ingat Vina mahasiswi yang minta bantuanku menyelesaikan skripsinya dan akhirnya bisa tidur dengannya. Tapi sungguh, aku tidak merusaknya karena aku mengenalnya dengan cara baik baik dan dia tetap virgin sampai akhirnya menikah.

“Stereotip saja, berbanding lurus dengan keramahan dan perhatiannya” katanya lagi dengan senyum yang genit.

“Kenapa emang An, elo lagi ada masalah dengan cowo lo yang ramah itu?”

“Justru itu John, gue lagi mikir mau putus sama dia. Eh, sori kok malah curhat..”

“Santai aja An, setiap orang punya masalah dan banyak cara menghadapinya” kataku seolah psikolog kawakan.

“Gue melihat dia jalan ama temen gue, dan kepergok di kosan temen gue itu”

“Trus?”

“Gue gak bisa maafin dia..”

“Ya, sudah mungkin kamu masih emosi saja, santai saja dulu masih banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dia pasti pulang ke pangkuanmu..” kataku.

“Kadang gue pengen balas aja, selingkuh sama yang lain, biar impas..”

“Hmm.. tapi itu kan gak menyelesaikan?”

“Biar puas aja..” Tiba tiba dia menangis.

Wah gawat nih, pikirku. Aku mendekat dan berusaha membujuknya. Lalu entah bagaimana ceritanya aku sudah memeluknya.

“An, jangan nangis, entar orang orang pada dengar”

Bukannya mereda, tangisnya malah makin keras. Kudekap dia sehingga tangisnya teredam di dadaku. Jantungku berdebar tak karuan. Telunjukku menyeka air matanya. Kupandangi wajahnya. Bodoh amat nih cowoknya, cewe cakep begini kok disia siakan pikirku. Dan tanpa sadar aku mencium pipinya, dia melihatku dengan mata sayu lalu tiba tiba Anne membalas dengan kecupan di bibir. Wah, seperti keinginan gue nih, pikirku dalam hati.

Dan seperti kehilangan kontrol akupun membalas menghisap bibir mungil yang harum dan merekah itu. Anne membalas tidak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulai naik. Dengan lembut kutidurkan dia. Dan dengan lembut pula tanpa kata kata, dari balik sweater aku sentuh kedua bukit kembar menantang itu. Anne mendesis desis.

“Terus John, perhatian elo bikin gue jadi wanita..”

“Tenang sayang, wanita seperti kamu memang pantas diperhatikan.. hmm?”

Seperti minta persetujuannya, perlahan aku angkat sweater dan tshirtnya. Sekarang kedua bukit kembarnya terbuka. Buset dah, putingnya sudah menonjol keras dan tak ada waktu lagi untuk tidak menyedotnya. Aku memang paling hobby menetek dan menghisap benda terindah di dunia ini. Anne terus mendesis desis. Tangannya juga sudah menggenggam senjataku yang mulai mengeras.

“Uh.. ahh.. uh..”

“Anne.. tubuhmu indah sekali..” Kataku memuji seperti halnya memberi pujian kepada customer perusahaanku.

“Ayo, John.. jangan dilihat saja, aku rela kamu apakah saja..”

“Iya, sayang..” kataku, sambil tanganku merogoh bagian depan celana jinnya.

Tangannya membantu membuka retsileting dan dengan cepat Anne sudah terlihat dengan CD warna kremnya. Hmm, seksi sekali anak ini, pikirku. Hmm..dari balik CD-nya terlihat bulu bulu halus dan hitam legam. Uh, aku sudah tidak sabar lagi namun dengan tenang aku mengelusnya dari luar. Anne menggelijang, matanya terlihat saya menahan gejolak. Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercium aroma yang sangat kukenal, dia pasti merawat benda yang paling dicari semua laki laki ini dengan baik.

“Anne.. boleh aku cium?” bisikku pelan.

Anne mengangguk lemah dan tersenyum. Perlahan Anne merenggangkan kedua kakinya. Pasrah. Dengan kedua jariku, kubuka vaginanya dan terlihat klitorisnya yang merah merekah. Basah. Sungguh indah dan harum. Kujulurkan lidahku di sekitar pahanya sebelum mencapai klitorisnya. Anne mendesis desis dan mulai meracau dan terlihat seksi sekali.

“Ayo, John.. jangan buat gue tersiksa.. terus ke tengah sayang..”

Aku malah menjilat bagian pusernya membuat dia uringan uringan dan makin bernafsu. Bermain sex memang perlu teknik dan kesabaran tinggi yang membuat wanita merasa di awang awang.

“Johnn.. gila lo, ke bawah sayang.. please..”

“Hmm.. iya nih, gue emang udah gila melihat memek yang indah ini sayang” kataku terengah engah.

Akhirnya lidahku hinggap di labia mayoranya. Kusibak dengan lembut rimbunan hutan yang sudah becek itu. Kuhurip cairan yang meleleh di sela selanya. Kelentitnya kuhisap seperti menghisap permen karet. Akibatnya pantatnya terangkat tinggi dan Anne menjerit nikmat. Lidahku terus merojok sampai ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangi, lalu kusedot lagi. Anne berteriak teriak nikmat. Aku jadi kuatir kalau suaranya sampai keluar. Kupindahkan bibirku ke bibirnya.

“Tenang sayang, perang baru dimulai..” Kataku berbisik.

Ia mengangguk dan perlahan aku putar posisi menjadi 69. Posisi yang paling aku sukai karena dengan demikian seluruh isi memeknya terlihat indah. Batangku juga sudah terbenam di bibirnya yang mungil dan terasa hangat serta nikmat sekali. Kutahan agar aku tidak meletus duluan.

“Punya kamu enak John..” Pujinya layaknya memuji Customer.

“Iya, sayang punya kamu lebih enak dan baguss sekali..” kataku terengah engah.

“Uh, becek sayang..”

Aku lanjutkan menjilat seluruh permukaan memeknya dari bawah. Uh, benar pemirsa, siapa tahan melihat barang bagus dan cantik ini. Yang luar biasa, aku yakin dia masih perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung dan benar benar seperti belum pernah tersentuh benda tumpul lain.

“Anne.. kamu masih perawan sayang..”

“Iya, John.. gue belum pernah..”

“Iya, kamu harus jaga sampai kamu menikah..”

“Gue gak tahan John, cepetan sayang..”

Sungguh, meski banyak kesempatan aku belum pernah berpikir memerawani cewek baik seperti Anne ini, kecuali istriku. Wanita yang kutahu sedang stress dan sedang mencari pelarian sesaat ini harus ditenangkan. Akan buruk akibatnya ketika dia sadar bahwa keperawanannya diberikan kepada orang lain yang bukan suaminya. Aku percaya jika sudah mencapai orgasme dia justru akan berterima kasih dan menginginkannya lagi. Kembali kujelajahi kemaluannya. Cepat cepat aku jilat berulang ulang klitorisnya. Dan sodara pemirsa, apa kataku, pantatnya tiba tiba menekan keras wajahku dan mengejang beberapa kali..lalu mengendur.

“Uuhh.. gue nyampe Johnn.. aahh.. uhh.. uhh..”

Masih dalam posisi 69, Anne terdiam sesaat, kulihat kemaluannya masih merekah merah. Perlahan ia mulai bangkit dan mngecup bibirku.

“Sorry sayang, gue duluan..”

“No problem Anne.. kamu merasa mendingan?”

Ia mengangguk, memelukku dan mencium bibirku.

“Terima kasih John, elo emang hebat..”

“Iya nih, Ann, gue minta maaf jadi telanjur begini..”

“Gak Papa kok, gue juga senang..”

Kami mengobrol sebentar namun tangannya masih menyentuh nyentuh batangku. Ia mengambilkanku minuman dan menyorongkan gelas ke bibirku. Ketika tegukan terakhir habis, bibirku perlahan mengulum bibirnya. Putingnya mulai mengeras dan aku mulai aksi sedot menyedot seperti bayi. Anne kembali menggelijang.

Aku bisikkan perlahan, “Anne.. gue pengen menggendong kamu sayang”.

“Hmm..mulai nakal ya..” katanya dan merentangkan tangannya.

Aku peluk dan angkat dia lalu kusenderkan ke dinding dekat meja rias. Dari balik cermin kulihat pantatnya yang montok dan mulus itu, membuat gairahku meledak ledak. Dengan posisi berdiri, tubuhnya sungguh seksi. Aku perhatikan dari atas ke bawah, sungguh proporsional tubuhnya. Segera kusedot putingnya dan jariku sebelah kiri segera mengelus rimbunan hutan lebatnya.

Basah, hmm..dia mulai naik lagi. Klentitnya kupilin pilin pelan dan Anne mendesis seperti ular.

Making love sambil berdiri adalah posisi favoritku selain 69. Perlahan sebelah kakinya kuangkat ke kursi pendek meja rias dan terlihatlah belahan memeknya yang merah merekah, indah dan seksi sekali Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusuri paha bawahnya dengan lidahku. Dari bawah aku lihat wajahnya mendongak ke atas menahankan nikmat. Sungguh saat itu Anne kelihatan sangat seksi. Sebelum lidahku mencapai kelentitnya, aku sibakkan labia mayoranya dengan kedua Ibu jari. Hmm.. sungguh harum.

“Cepat John.. gue udah gak tahan.. jilat sayang.. jilat..”

Benar benar nikmat melihatnya tersiksa, namun sebetulnya aku lebih tersiksa lagi karena batangku sudah mengeras bagaikan batu. Aku nyaris tak bisa menahan klimaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua kalinya. Benar saja, begitu lidahku menyedot klitorisnya, Anne langsung mengejang dan berteriak pertanda orgasme. Kusedot habis cairannya. Luar biasa, aku menikmati ekspresinya ketika mencapai orgasme dan itu jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdiri dan aku tekan batangku ke sela sela pahanya dan seketika muncratlah semua. crott.. crott..! Wuahh..

“Oh John, kita keluar bersamaan sayang..”

“Iya, enak banget An.. elo membuat gue gila..”

“Sama.., gue berterima kasih elo menjaga gue..”

“Gue sayang kamu An..”

*****

Pemirsa, begitulah ceritanya. Tak selamanya seks harus membobol gawang. Setelah kejadian itu Anne makin ketagihan. Dia sangat terkesan bisa mencapai orgasme tanpa merusak keperawanannya. Dia juga menyukai posisi 69 dan posisi berdiri yang bisa mirip 69. Kadang kadang aku datang ke kantornya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahi area area sensitifnya secara cepat dan efisien. Dan pada saat yang sama aku juga mencapai orgasme. Masih ada Vina dan Dina yang ketagihan seperti Anne. Aku selalu bilang pada wanita wanita berpendidikan itu bahwa suatu saat mereka akan menikah dan aku berjanji tidak akan memerawaninya. Cukuplah 69!

E N D

Tags : cerita 17thsex, cerita dewasa, cerita panas, 17 tahun, setengah baya, julia perez telanjang, gambar bugil, gadis telanjang bugil, abg telanjang bugil, sandra dewi telanjang bugil, telanjang bugil blogspot com, telanjang gadis indonesia, telanjang artis indonesia, telanjang abg, telanjang blogspot, spg telanjang, cewek cantik

Apr
21

Cerita ini terjadi sewaktu aku masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta yang terkenal di Jakarta, berawal dari chatting di internet disebuah warnet dekat kampus, aku untuk pertama kalinya kenalan sama seorang cewek yang bernama Monic.

Pertama minta nomor telepon selanjutnya kami sering chatting dan akhirnya kami janjian untuk bertemu, aku atur waktu dan hari yang memang bagus. Hari itu malam minggu, sekitar jam 07.00 malam di Blok M Mall, ternyata dia cewek perfect untuk semua laki-laki yang melihatnya. Semua cowok yang ada di situ semua meliriknya, tingginya sekitar 168-172 cm, rambutnya hitam panjang sebahu, ukurannya 36B, pokoknya siip lah. Kami akhirnya ambil keputusan untuk nonton, dia pilih film “Sweet November”, aku sih ok saja. Di dalam aku tidak berani ngapa-ngapain, soalnya baru kenal takut, dibilang kurang ajar. Tapi aku beranikan untuk mulai menyentuh tangannya, ternyata dia diam saja, malah membalas meremas jari-jariku dengan tangannya yang lembut yang ditumbuhi bulu-bulu yang.. enak untuk disentuh. Hanya itu yang baru kulakukan. Terus kami makan, diperjalanan kugenggam tangannya, dia pun sepertinya tidak menolak bahkan kadang-kadang merangkulku sampai aku rasakan buah dadanya yang montok memijat-mijat bagian belakangku. Setelah itu aku mengantarnya pulang, rumahnya di daerah Menteng, ternyata dia anak orang tajir. Sesampainya di rumah dia meneleponku, dia mengajakku ke villa-nya yang berada di daerah puncak kepunyaan orang tuannya, (maklum anak orang kaya). Dia anak ke-3 dari 3 bersaudara.

Pas waktu itu aku libur semester, jadi ya Ok saja. Berangkatlah aku ke villanya. Pakaiannya, wow.. sexy sekali, buah dadanya yang ranum itu kelihatan ingin loncat keluar dari sarangnya yang ditutupi BH warna hitam. Sesampainya di sana kami langsung berenang, ternyata dia mempunyai tubuh yang benar-benar luar biasa, kulitnya putih, yang membuat darahku bergejolak kencang. Dari situlah petualanganku dimulai, kami terus berenang. Sampai pada suatu saat dia terpeleset sewaktu ingin naik, kutangkap dia, tanpa kusengaja aku pegang salah satu dari payudaranya yang kenyal itu. Aku minta maaf karena tidak sengaja kupegang tapi dia malah tersenyum bahkan sepertinya tidak ingin pernah mau kulepaskan, dia terus memandangku sampai akhirnya kukecup bibirnya yang seksi dan mungil itu, dia membalas dengan mesra. Kami terus bercumbu di dalam air, sampai-sampai penisku mulai menegang, tanganku terus merayap sampai ke buah dadanya, kuremas bergantian, sedangkan tanganku yang lain memegangi tubuhnya yang tak mau dilepaskan.

“To.. jangan lepaskan tanganmu ya..” kata Monic sambil tangannya sesekali memegangi penisku, dielusnya, setelah itu dia bilang, “Udah dulu ya, aku kedinginan nih, kita lanjutkan nanti ya..” Kugendong dia menuju kamar mandi yang tak jauh dari situ. Malam itu memang benar-benar dingin. Setelah makan malam kami langsung ke tempat tidur masing-masing. Aku membayangkan dia sedang ada di sebelahku tanpa busana, lamunanku serentak pudar setelah Monic mengetuk pintu. “To, kamu udah tidur belum?” sahutnya. “Belum,” jawabku, “Masuk aja tidak ditutup kok!” Dia memakai pakaian tidur yang transparan. Kulihat gunung kembarnya karena tidak mengenakan BH, sampai terlihat putingnya yang merah kehitam-hitaman.

“Kamu lagi ngapain To? Belum tidur..?”

“Belum,” jawabku, aku balik bertanya,

“Kamu ngapain ke sini? kok kamu belum tidur?”

Dia menjawab, “Takut tidur sendiri, lagian dingin. Boleh nggak aku tidur sama kamu, habisnya aku takut kalau tidur sendiri,” memancingku.

“Boleh aja,” sahutku.

Tiba-tiba dia langsung mendekatiku dan duduk di sampingku, terus terang hatiku jadi dag dig dug, apalagi tiba-tiba dia memegang tanganku, entah faktor udara yang semakin dingin atau aku terbuai angan-angan. Kucium bibirnya seperti yang kulakukan di kolam renang, dia balik mencium bahkan kali ini dia membalasnya dengan nafsu. Kukulum bibirnya dan kumainkan lidahku ke dalam mulutnya sambil kuremas buah dadanya, kali ini dengan kedua tanganku kuremas dan terus kuremas, lalu aku mulai menjilati buah dadanya dan kukulum putingnya yang mulai mengeras. Karena terangsang, kubuka seluruh pakaiannya juga CD-nya yang berwarna merah jambu. Baru kali ini kulihat tubuh wanita yang benar-benar telanjang bulat. Kulihat di sana ada rambut halus yang menutupi liang vaginannya, begitu mungil vaginanya berwarna kemerahan, begitu indah, belum lagi lekuk tubuhnya yang begitu menggiurkan, ditambah buah dadanya yang membusung padat berisi.

Sejenak aku terpana, lalu ia mulai membuka pakaianku satu persatu sampai CD-ku dibukannya, langsung keluarlah “terpedo”-ku yang kira-kira 17 cm, dia langsung mengocoknya sambil menghisap senjataku itu berulang-ulang. “Aah.. uh.. terus Mon.. terus..” Nikmat rasanya, aku tidak ingin kalah, langsung saja aku ke bagian bawah ketempat yang indah itu. Aku mulai membuka lebar-lebar kedua kakinya dan langsung kujilati vaginanya dan klitorisnya, dia mengerang, “Oh.. ah.. uh..” sambil menarik rambutku. Sepertinya dia menikmatinya, kami melakukannya berbalikan, aku menjilati vaginanya sedangkan dia terus menghisap senjataku, “Oh.. yes.. oh.. yeh..” desahannya terus kurasakan, sampai suatu saat kubalikkan badannya, lalu aku mulai memasukkan penisku yang mulai menegang keras ke dalam vaginannya yang masih sempit itu. Monic merintih, “Ah.. ah..” sepertinya jeritan keperawanan yang kurasakan. Lalu mulai kumasukkan, “Blesep.. blesep..” Agak sedikit susah memang tapi terus kupaksakan, akhirnya penisku seluruhnya masuk ke liang vaginannya. Dia langsung memelukku dengan kencang.

Aku semakin semangat, kugenjot dan kupercepat penisku keluar-masuk, “Slep.. slep..” kuangkat pantatnya sambil kuremas payudaranya berulang-ulang, kurasakan vaginanya mulai mengeluarkan cairan, sepertinya sudah mulai mencapai orgasme. Kupercepat gerakanku maju-mundur dengan cepat, sampai kurasakan ada sesuatu yang mau keluar dari penisku, kutarik dari lubang vaginanya dan kusodorkan ke mulutnya, langsung Monic mengulumnya, “Mon.. oh.. ach..” Setelah itu langsung penisku memuncratkan sperma yang membasahi sekitar wajahnya, “Crot.. crot.. crot..” langsung kucium dia. Dia menjilati sebagian spermaku yang masih tersisa di mulutnya sampai habis. Kami berdua berpelukan sejenak sampai akhirnya Monic tertidur di pelukanku sampai pagi dalam keadaan masih telanjang bulat.

Aku terbangun lebih dulu dan langsung pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian Monic menyusul ke kamar mandi dan kami mandi berdua, aku menyabuni tubuhnya yang indah itu. Aku lama menyabuni di sekitar payudaranya, lama sekali, dan sesekali kuelus dan kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Monic juga tak mau kalah, dia menyabuniku lama sekali di penisku sambil terus mengocok-ngocok penisku yang mulai tegang dan menghisapnya dengan lembut sampai kurasakan nikmat sekali. Kali ini kumasukkan penisku ke vaginannya dengan berdiri sambil kugendong dan kutempelkan ke dinding kamar mandi. Kuangkat pantatnya dan terus kugenjot dan kudorong penisku ke vaginannya, Monic merintih, “Terus To.. terus..” Dia kali ini benar-benar menikmatinya, lalu kukeluarkan penisku dan Monic langsung mengocoknya dengan cepat, sesekali menghisapnya, “Slep.. slep..” seperti makan es krim.

Tak lama kemudian, “Crot.. crot.. crot..” sebagian langsung tertelan ke mulutnya dia terus menghisapnya sampai aku lemas dibuatnya. Setelah itu kami mengeringkan badan, dan masuk ke kamar berpakaian aku mendekatinya, kuucapkan.. “Terima kasih sayang, enak sekali tadi,” dia juga bilang, “Terima kasih juga ya.. aku puas dan tidak menyesal memberikan semuanya padamu To..” sambil kucium keningnya dan bibirnya tanda sayangku, dia langsung memelukku dengan manjanya, maklum anak bungsu.

Setelah itu kami mengepak barang untuk pulang ke Jakarta. Sesampainnya di rumahnya kucium dia dengan mesra dan Monic membalasnya lama sekali. Kami bercumbu di depan rumahnya yang kelihatan masih sepi. Aku langsung pulang dengan membawa kenikmatan yang baru kali ini kurasakan dengan seorang gadis cantik dan masih perawan.

TAMAT

Tags : cerita 17thsex, cerita 17 tahun, cerita dewasa, tante telanjang, tante girang, foto telanjang, tante bugil, blog cerita dewasa,kumpulan cerita dewasa,cerita seru,cerita naruto terbaru,cerita dewasa 17tahun,cerita 17 tahun,17 tahun us,17 tahun hot,cerita panas

Apr
21

Aku adalah salah seorang penggemar situs cerita 17thsex.wordpress.com. Sudah cukup lama aku menjadi penggemar, dan baru kali ini aku membagi pengalamanku kepada para pembaca. Kisah ini terjadi pada bulan February tahun 2006, dimana saat itu aku baru saja pindah rumah ke suatu kawasan pemukiman elite di daerah Jakarta Selatan. Namaku adalah Johnny (bukan nama asli) dan usiaku 23 tahun. Untuk ukuran pria, aku memiliki penampilan lumayan, tinggi 173 cm, berat 67 kg, dan aku juga suka olahraga renang dan lari pagi.

Tetangga sebelah rumahku memiliki seorang anak gadis yang sangat menarik perhatianku. Setelah tanya sana sini, aku mengetahui bahwa namanya adalah Desy (bukan nama asli). Aku perhatikan dia juga suka lari pagi, dan aku lihat tidak ada yang menemani, jadi aku bertekat ingin kenalan dengannya suatu saat.

Saat yang tepat itu datang pada suatu pagi, dimana aku sedang lari pagi, aku mendengar langkah-langkah di belakangku, maka segera saja aku menengok ke belakang, ehh.., ternyata dia. Pucuk di cinta ulam tiba, pikirku. Aku segera memperlambat lariku agar dia dapat berlari di sampingku. Setelah dia ada di sebelahku, aku menoleh dan melempar senyum ke arahnya, dan dia membalas. Wahh.., bukan main manis senyumnya itu. Jantungku langsung berdegup dengan keras.

Kemudian aku menyapanya, “Hai, suka lari pagi juga ya..?”

Dia menjawab, “Iya, dari dulu kok. Aku memang hobby lari pagi. Eh.. kamu anak sebelah itu yang baru saja pindahan kan..?”

“Betul.., namaku Johnny. Kamu Desy kan..?” jawabku.

“Loh.. kok kamu tahu namaku? Dari siapa..?” dia tampak agak heran.

“Yaa.. aku tanya-tanyalah. Sebenarnya aku sudah beberapa hari ini melihatmu, cuman baru kali ini saja kita bisa bertatap muka.” ujarku sambil tersenyum.

Desy mengajak berhenti sambil beristirahat. Kebetulan saat itu kami melintasi sebuah telaga yang memang berada di dalam pemukiman itu. Kami berdua berhenti sebentar sambil mengatur nafas. Kami berdua mengobrol dengan santai, dan aku perhatikan dia sering mencuri pandang ke arahku.

“Kapan-kapan main dong ke rumah. Aku jarang keluar, soalnya temanku tidak banyak.” kata Desy.

“Oh ya..? Masak sih, gadis secantik kamu temannya tidak banyak..?” ujarku keheranan.

“Iya, betuull.., kalau nggak percaya ya sudah..,” jawabnya sambil cemberut.

Wahh.., si Desy ini kalau cemberut wajahnya makin cantik. Aku suka sekali melihat parasnya itu.

Desy itu dapat dikategorikan gadis cantik dan menawan. Dengan tinggi 170 cm dan berat 52 kg, tubuhnya sangat ideal, kulitnya putih mulus, rambutnya panjang sepunggung, hidungnya mancung dan juga.., dadanya indah sekali. Aku taksir ukurannya sekitar 34A.

“Ya baiklah, aku percaya kok sama kamu, jangan marah ya. Aku bukannya tidak percaya, cuman heran saja gadis secantik kamu tidak punya kawan banyak.” kataku.

“Udah deh.., mau nggak mampir?” katanya tidak sabar.

“Baiklah.., tentu saja aku bersedia. Kapan..?” tanyaku.

“Sekarang juga boleh kalau kamu bisa..!” jawab dia.

“Oh.. ok lah. Aku mau saja, tapi.. orang tua kamu bagaimana nanti? Aku belum kenal mereka.” kataku.

“Tenang saja, ayah-ibu sedang ke luar negeri. Mereka baru balik minggu depan.” ujarnya sambil tersenyum.

Kemudian kami berdua melanjutkan lari pagi yang sempat tertunda tadi. Sekarang kami berlari menuju rumahnya. Sesampainya di rumah dia, dia membuka pagar dan mempersilakan aku masuk. Aku masuk dan duduk di ruang tamu. Memang rumah ini tampak sepi.

“Pembantumu mana Des..?” tanyaku.

“Ohh.., dia lagi ke pasar. Kamu ikut aku saja, jangan duduk di sini, kamarku di atas kok..!” katanya.

Maka kami pun berjalan menuju ruang atas. Rumah ini sungguh luas. Memang aku tahu orang tua Desy ini adalah orang yang berada. Semua perlengkapannya luks.

Sesampainya di ruangannya, Desy membuka pintu kamar dan menyuruhku duduk di sofa. Setelah mengunci pintu, dia duduk di sebelahku dan tiba-tiba saja dia menyandarkan kepalanya ke bahuku. Dadaku berdegup kencang dan aku membelai rambutnya yang harum itu.

“Mas.., aku mau mandi dulu nih. Hmm.. mau ikutan nggak..?” dia bertanya.

Aku kaget juga, dalam hati aku berkata, wahh, berani juga cewek ini.

“Ya oke, siapa takut..” jawabku.

Dia menarik tanganku ke arah kamar mandi yang memang letaknya di dalam kamarnya itu.

Setelah kami berdua ada di kamar mandi, dia mulai membuka pakaiannya. Dadaku berdegup lebih kencang. Aku saat itu betul-betul seperti melihat Dewi yang baru turun dari langit. Sungguh indah tubuh Desy, benar-benar sempurna. Aku pun segera membuka seluruh pakaianku. Setelah kami berdua telanjang bulat, maka dia mengambil sabun dan mulai menyiramkan air ke badanku dan menyabuniku. Aku pun tidak mau kalah dan melakukan hal yang sama.

Setelah itu kami berdua berpelukan, aku menatap wajahnya dalam-dalam. Akhirnya perlahan kukecup keningnya, terus pipinya, dan akhirnya kukecup bibirnya yang telah merekah merah. Kami saling berpagutan dan lidah kami saling bertautan. Desy menciumku dengan ganas sekali, aku pun tidak mau kalah dan membalasnya. Aku mulai menciumi lehernya dan meninggalkan beberapa bekas cupangan di sana. Setelah itu aku mencium dadanya yang indah itu dengan puting yang telah tegak menantang, berwarna merah muda.

“Ssshh.. terus Mas..! Enak..!” Desy mendesis kenikmatan sambil mengusap-usap kepalaku.

Kemudian aku menjilat-jilat buah dadanya sambil mengulum putingnya bergantian kiri-kanan.

“Ohh.., yaahh.., terus Sayang..!” erang Desy.

Dari dada aku terus menjilati tubuhnya ke perutnya yang putih mulus dan rata itu. Terus ke bawah, ke arah pahanya, kakinya, dan aku mulai mengusap-usap kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang cukup rimbun. Kuciumi kemaluannya, dan tanganku membuka kemaluannya, dan aku dapat melihat lubang kemaluannya yang sudah basah dan berwarna merah muda. Aku mulai menjilati klitorisnya. Baunya sungguh harum dan aku sangat menyukainya.

“Auhh..! Sshh..! Terus Sayang..! Teruuss..!” Desy makin menjadi-jadi dan mulai menjambak rambutku.

Aku lama bermain di selangkangannya. Setelah sekitar 10 menit, dia menyuruhku duduk di atas closet dan dia mulai menjelajahi tubuhku dengan lidahnya. Dia menyapu mulai dari dadaku, turun ke perut dan tangannya mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tegak dengan panjang 19 cm dan lebar 3 cm.

Perlahan dia menempelkan mulut seksinya di ujung kemaluanku, dan mulai menghisapnya.

“Ahh.., enak Sayang.. teruus..!” erangku kenikmatan.

Dia memasukkan seluruh batang kemaluanku sampai habis dan menaik-turunkan mulutnya itu. Aku sungguh merasa seperti berada di awang-awang.

Setelah kira-kira 5 menit berlalu, akhirnya aku menaikkan badannya di atas bak mandi yang memang ukurannya lebar. Desy mengerti dan membuka pahanya lebar-lebar. Aku mulai menggesekkan ujung kemaluanku di klitorisnya.

“Ohh..! Ayo John.. aku sudah tidak tahan. Masukkan punyamu, Sayang. Pelan-pelan ya..! Aku sudah lama tidak mengalami hal ini.” desah Desy.

Maka aku pun menuruti kemauannya. Aku mulai memasukkan kemaluanku perlahan ke dalam vaginanya.

Mula-mula terasa agak seret, untung saja dibantu dengan cairan yang keluar dari vagina Desy, sehingga perlahan tapi pasti kemaluanku terbenam seluruhnya di dalam vaginanya yang hangat dan berdenyut-denyut itu.

“Oohh..! Enak Sayang..! Ayo goyang..!” kata Desy.

Aku memaju-mundurkan pinggangku berirama, sementara itu bibirku mengulum bibirnya, dan tanganku meremas-remas kedua buah dadanya yang makin mengeras dan putingnya makin meruncing. Kadang aku ganti mengulum putingnya, sehingga Desy mendesah tanpa henti keenakan. Batang kemaluanku serasa dipijit-pijit di dalam liang vaginanya. Sungguh nikmat permainan kami berdua saat itu.

Setelah beberapa saat, kusuruh dia membalikkan badan, kedua tangannya bertumpu pada pinggiran bak mandi, dan kami mengganti posisi dengan gaya doggy style. Aku masukkan kemaluanku dari belakang, sedangkan kaki Desy yang satunya dia naikkan sedikit menginjak pinggiran bak mandi. Bless.., kemaluanku sudah tertanam sepenuhnya, dan aku mulai menggoyangkan pinggulku dengan berirama. Desy juga tidak mau kalah dan menggoyangkan pinggulnya ke depan, belakang. Kali ini aku menciumi dan menjilati punggungnya yang putih mulus ditumbuhi bulu-bulu halus, dan kedua tanganku memainkan putingnya, dan sesekali menelusuri bagian perut dan pahanya. Kami melakukan gaya itu selama kurang lebih 15 menit.

“Ahh..! Nikmat Sayang..! Teruuss..! Aku tidak lama lagi mau keluar John.., ayoohh..!” erang Desy.

“Aku juga mau keluar Des.., keluarinnya di dalam apa di luar..?” tanyaku.

“Di dalam saja, Sayang..!” jawab Desy.

Beberapa menit kemudian, milik Desy bertambah kuat denyutannya, dan aku tahu dia mau mencapai orgasme. Maka aku pun mempercepat irama goyanganku, dan kukulum bibirnya sambil tangan kiriku memainkan puting susunya sebelah kiri.

“Ohh.., aku keluar Sayang..! Aauhh..!” tubuh Desy menegang, dan aku merasakan semburan cairan vagina Desy di kemaluanku.

Aku juga merasakan akan keluar, “Aku juga keluar Sayang..! Ohh..! Sret.. sret.. sret..!” spermaku dengan deras menyemprot ke liang senggama Desy.

Aku memeluk tubuhnya, dan kami berdua berpelukan. Kemaluanku kutancapkan sedalam-dalamnya di dalam liang senggamanya. Aku masih memeluk tubuhnya dengan erat sambil mengatur nafas.

“Jangan dicabut dulu ya Sayang, aku masih ingin merasakan milikmu di dalam milikku..!” ucap Desy.

“Oke..!” jawabku sambil tersenyum.

Kucium lagi bibirnya yang sungguh seksi itu, dan kupeluk dengan erat tubuhnya.

“Thanks ya Sayang, aku sungguh puas hari ini.” kataku.

“Iya, aku juga puas Sayang. Aku mau begini terus sama kamu..!” timpal Desy.

Setelah itu kami berdua mengambil handuk dan mengeringkan badan serta berpakaian. Aku pamit dengan Desy dan pulang ke rumah. Besok kami berencana mau mengulangi lagi apa yang kami alami tadi. Sekian cerita dari saya. Semoga anda semua puas membacanya, dan jika ada saran maupun kritik, silakan kirim ke email saya.

TAMAT

Tags : cerita 17thsex, cerita seks, cerita daun muda, gadis bandung, video bugil, cerita sexs, tante, memek bugil, memek sma, memek mahasiswi, ngentot, memek gadis, memek cewek, pantat basah, memek gadis abg, sma ngentot, lihat foto tante bugil memek, memek telanjang, toket, cerita dewasa

Apr
21

Kebiasaan saya sering pulang kantor, keliling dulu ke mall-mall untuk hilangkan stress. Suatu sore di sebuah mall di Jakarta barat, seperti biasa keliling cuci mata cari yang bodi montok dan segar. Ketika melihat-lihat kaus tiba-tiba saya di kejutkan sambutan manis dari seorang SPG.

” Mau cari apa Om? ”

” Ini cocok untuk Om tambah kelihatan muda. ”

Saya lihat cewek ini hitam tapi manis, dan bodinya cukup bikin jakun naik-turun. Perkiraan status: 36B-26-36 dan tinggi sedang saja. Wah ini memang yang paling saya suka hitam, pasti sparepartnya hitam dan merah dalamnya. Singkat cerita kami akrab dan saya sering menemuinya walaupun tidak selalu belanja. Namanya: Siti. umur: 27 tahun, sedang saya umur 36 tahun, tapi seperti kata orang umur segitu lagi panas-panasanya, oh ya saya sudah beristri dan dua anak, tapi sayangnya istri saya dingin sekali, kami jarang sekali campursari. Itupun kalau sudah dipaksa sekali, jadi saya malas sekali, padahal napsu saya menggebu sekali. Rasanya setiap hari maunya muntah melulu.

Seperti sudah dijanjikan kami buat janji untuk jalan minggu pagi, pas Siti lagi off. Siti sendiri masih sendirian tapi saya yakin sudah tidak perawan lagi karena dilihat dari cara bicara dan keberaniannya. Saya jemput di salah satu toko kue, pagi pukul 8.00

” Mas pagi-pagi gini mau kemana?” tanyanya.

” Bagusnya kita cari tempat yang aman yang tidak bisa dilihat orang, gimana kalau di sebuah motel di daerah A? ”

Sambil tersenyum dia menjawab” Emang mau ngapain di motel?, jangan macam-macam loh Mas “.

” Ngak kok cuma tiga macam, satu dibawah dan dua diatas,”

” Ih takut ” jawabnya sambil tertawa.

” Takut ngak dikasih yah ” jawabku.

Begitu kami chek in, saya langsung memeluk dia erat-erat, sebab baru kali kesampaian, dua buah gunungnya benar-benar menekan keras sekali ke dadaku. Kami berciuman lama, sambil pelan-pelan tangan saya menjalar ke pantatnya yang besar dan padat. Perlahan-lahan tangan saya menjalar kedepan menyusup kedalam celana jeans yang dipakainya.

” Mas jangan mas, saya takut ” desah Siti.

” Tenang aja,” sambil tangannya saya bawa menyusup kedalam celana saya sehingga tepat menggenggam penisku.

” Oh, rasanya enak sekali, penisku di remasnya dengan keras. sementara tangankupun sudah mencapai gundukan gunungnya yang serasa lembab dan sedikit bulunya.

” Mass.. , mas.. ” Desahnya keenakan.

Langsung saja kulucuti celana dan baju kaosnya. sehingga tinggal BH dan CD warna hitam. Aku tambah horny karena aku paling senang lihat perempuan pakai CD dan BH hitam. Sitipun tak mau ketinggalan melucuti celanaku. Sehingga kami sudah telanjang bulat. Segera mulutku gerilya menjilati puting susunya yang hitam tapi masih kecil, dia menggelinjang

” Uh-uh..mas..mas ”

Mulutku mulai turun ke bawah dan terlihat vaginanya yang ditumbuhi sedikit bulu. Segera kusentuh clitorisnya yang sebesar biji jagung, dan serentak dia tersentak

” Mas..mas..”

Kujilati mula-mula bagian bibirnya sambil sedikit menggigit-gigit biji jagungnya, dia semakin meronta-ronta. Kuintip lubangnya masih sangat kecil, dan merah sekali. Lidahkupun kujulurkan dan masuk ke celah-celah lubang merah darah itu. Siti seperti kerasukan setan, dia meronta-ronta dan kurasa lubang vaginanya berdenyut-denyut dan mulai banjir air lendir keluar.

Sementara mulutku mengisap-isap biji jagungnya, tanganku mulai mengorek-orek lubang vaginanya. Siti menjerit-jerit seperti orang kehausan,

” Mas-mas, saya ngak tahan Mas ”

Segera ini berontak dan mencari penisku dan segera di pegang dan dikulumnya seperti orang kehausan dan dengan rakus di jilat, diisap dan disedotnya kuat-kuat, giliranku yang meronta-ronta keenakan, ” Ah..uh..au..enak..enak..lagi..isap yang kuat,..”

Sementara penisku di kulumnya, tangannya memainkan bijiku dengan tangkasnya seperti meremas-remas adonan kue.

” Sit, sini kamu naik kita 69 yuk, jangan kamu isap terus nanti aku keluar duluan.”

Siti tertawa sambil segera putar badan naik diatasku dan menyorongkan vaginanya ke mukaku. Langsung saja kusergap dan jilat dengan rakus dan dia juga tidak kalah ganasnya. Lain sekali rasanya pelayanan dari Siti dengan istriku yang sama sekali tidak mau dengan gaya macam-macam. Baru kali ini aku merasakan enaknya vagina dan pelayanan dari cewek lain. Aku memang belum pernah macem-macem dengan cewe lain karena takut kena penyakit, khusus dengan Siti aku berani karena saya yakin dia juga tidak sembarang, sebab dia tidak genit-genit dengan orang lain. Diapun mau kuajak setelah cukup lama kudekati dan mungkin dia simpati mendengar deritaku yang tidak dapat menyalurkan hasrat karena istriku tidak mau melayani.

” Mas, saya sudah ngak tahan, masukin mas, masukin mas”

Siti memaksakan segera berdiri dan duduk diatas saya, sambil mengarahkan penisku masuk ke dalam vaginanya, saya sengaja tidak langsung masuk, tetapi menggesek-gesekkan di bulu vaginanya dan bibirnya, dia tambah belingsatan.

” Udah mas, cepat mas, aku sudah mau keluar nih”

Dengan memaksa dia menarik penisku dan memegangnya sehingga tepat didepan lubang vaginanya setelah pas segera dia menekan vaginanya agar penisku masuk, tapi sulit juga karena memang lubangnya masih kecil, untung vaginanya sudah banjir dan licin. Akhinya masuk juga penisku yang panjangnya biasa saja. Kata Siti sih setelah dia merasakan penisku yang bikin puyeng ujung meriamku yang besar dikepalanya, sehingga ketika ditarik, seakan-akan nyangkut di leher kepala penisku.

” Aaau..Aaauu..”

Bles masuk semua penisku den rasanya kepala bawahku ngilu dan enak, segera diputarnya pantatnya, seperti sedang menari hula-hula,

” Ah..ah..ah”

Hanya suara itu yang terdengar dari mulutnya, sementara itu tanganku segera bekerja memijati payudaranya yang berdiri tegak. dan kupilin-pulin putingnya. Siti menjadi lebih ganas goyangnya. Aku merasa sudah mau meledak, maka segera kutarik dia turun dan segera kukangkangkan vaginanya sambil kuangkat kakinya tertekuk dengan posisi vaginanya persisi dihadapanku, segera kujilati bibir vaginanya yang sudah kelihatan merekah, sambil jari tengahku mengorek-orek vaginanya. Siti lebih histeris.” Mas..mas..terus mas, tusuk Mas yang dalam mas..ahh ”

Lidahkupun kulancipkan dan kuselipkan dilubang vaginanya, sambil ditusukkan dalam-dalam.

” Mas..mas saya ngak tahan mas.., auu..auu..”

Akhirnya terasa ada denyutan yang hebat dari vaginanya sambil kepalaku dijepitnya dengan keras.

” Ah..ah..ah..”

Ada sekitar satu menit posisi kepalaku tetap dijepitnya setelah itu ia terkulai lemas.

” Ma kasih mas, enak bener mas”

” Aku belum pernah merasakan enak seperti ini ”

Oh ya dia memang mengaku sudah tidak perawan, dulu ketika SMA sudah pernah di perawani oleh pacarnya,

Setelah lemas akupun pelan-pelan mengelus-elus sekujur badannya dengan jari-jariku secara halus, pelan-pelan dia mulai terangsang lagi, akupun mulai meraba bulu-bulu vaginanya dan sambil menjilati puting payudaranya. Segera aku menindihnya dan penisku yang sudah marah segera mencari lubang vaginanya, tapi terpeleset terus, dia dengan tertawa segera membimbing penisku menuju lubang surga itu. Setelah pas segera kutekan dan bless..,

” Ah..” dia menjerit kecil,

Kurasakan enak benar merendam penisku didalam vaginanya. segera kumulai gerakan naik-turan dan dibantunya dengan gerakan memutar,

” Ah..ah..enak Ti” desahku, “Terus ti yah yang cepat ”

Dia semakin semangat memutar pantatnya. Segera kuganti posisi, sebelah kakinya kuangkat dan segera dengan posisi saling silang kutusuk penisku ke vaginanya lagi, kali ini masuknya benar-banar dalam dan terasa mentok ke rahimnya, dia menjerit,

” Aduh Mas ”

” Kenapa sakit? ” kataku sambil melihat matanya yang melotot

” Sedikit sakitnya tapi ngilu dan enak banget pas penismu mentok kedalam vaginaku” Jawabnya.

Segera kugenjot, setiap kali penisku mentok masuk ke vaginanya di melotot sambil berdesis, ” Sss..Ss., enak bener mass.., mentok mas..”

Kurasa aku sudah mau meledak dan, segera kupercepat gerakanku, Sitipun makin menggila teriakannya.

” Au..Au..mas..enak mas..au..”

” Aku mau keluar, ti ” teriakku,

” Ayo Mas saya juga mau keluar ” terik Siti.

Tak lama aku merasakan ledakan dari ujung kepala penisku,

“Ahh..Ah..Au..”

Dan Sitipun segera menyusul ” Aku Juga keluarmass..Aaa..Aaa..”

Terasa 5 atau 6 kali semprotanku menghujam kedalam vaginanya. Akhirnya kami, lemas dan saling tertawa,

” Enak banget Ti, vaginamu, saya mau lagi yah”

” Sama, saya juga sudah lama banget ngak di tusuk rasanya seperti ke surga”

Kelak setelah ini kami masih sering lagi ketemu, tetapi kami menjaga hubungan diluar, kami seperti tidak ada apa-apa.

TAMAT

Tags : cerita 17thsex, cerita seks, cerita tante, video abg, amoy bugil, cewek cantik, artis indonesia,cewek bugil indonesia,foto bugil indonesia,gadis indonesia telanjang,foto bugil artis indonesia,agnes bugil,cina bugil,indo bugil,cantik bugil,mahasiswi bugil,mandi bugil,sma bugil,bugil telanjang,putri bugil,asia bugil

Apr
20

Sambungan dari bagian 01

Tanganku menyentuh kenyalnya buah dada Dina. Kuremas pelan dan kubuka kancing bajunya perlahan. Ujung jariku menyentuh puting Dina dan jilatan-jilatan lidahku sudah berpindah menelusuri leher, tengkuk dan belahan dada Dina.

“Oghh.. Yoga..!”

Dina merinding, tampak bulu-bulu halusnya berdiri menahan serangan lidahku.

“Ohh.., hmm..,” Dina mendesah.

Kusapu belahan dadanya dari leher hingga ke ulu hatinya.

“Sss.., sstt..,” Dina mendesis menikmati lembutnya sapuan lidahku.

Kecupan-kecupan ciuman terus merajalela di bagian pinggul dan perut Dina. Kuklitiki lubang pusar Dina dan kugesekkan hidungku di permukaan kulit tubuhnya.

“Aahh.. Yoga.., ouggh.. sstt..”

“Dina.., Aku emut yah nenen Kamu..?”

“Oh please Yog.., Do it for Me..!” katanya sambil membantuku membuka BH-nya yang berukuran 36B.

“Huff.. yess..” kedua dada Dina terlihat jelas dengan 2 puting kecil berwarna coklat muda.

Dina memegang kepalaku dan sedikit meremas rambutku, lalu dia menekankan kepalaku mendekati dadanya.

“Slurpp.. sluurpp..,” mulutku meraup dan menghisap dada Dina.

“Oeghh Yog.., aahh..”

Ujung lidahku menekan ujung puting Dina, “Sstt.. shmm.. oh..”

Dina menggelinjang karena kuemut putingnya, lalu ujung lidahku menglitiki dada dia. Turun naik remasan-remasanku dan pilinan kedua jariku, menambah indahnya foreplay yang kuberikan kepadanya. Lalu aku membalikkan tubuhnya. Dengan tubuh tengkurap, kubuka roknya dan tinggalah sebuah CD. Lidahku mengerayangi punggung Dina. Usapan kombinasi antara sapuan ujung lidah dan belaian jemariku membuat Dina semakin merasakan hangatnya tehnik bercinta yang kuciptakan.

“Ohh.. hhmm ahh..” kepala Dina bergoyang dan menengadah menahan geli.

Aku mengekspresikan gerakan cintaku agar Dina mengerti arti sebuah sentuhan.

Lidahku turun menelusuri bongkahan pantatnya. Kugigit karet CD-nya dan kuturunkan dengan menggunakan mulutku.

“Arghh.. Yoga.., Kamu.. ahh.. It’s so warm.. and erotic..”

Kupeloroti CD-nya hingga sampai ke betis. Lalu kedua kaki Dina membantu melepaskannya. Tinggal lah tubuh Dina yang putih polos layaknya tubuh seorang wanita Chiness. Kuciumi betis Dina, kutelusuri dengan sentuhan lidahku hingga ke bagian pantatnya.

“Uhh..,” lalu kuemut bongkahan pantatnya hingga timbul tanda cupangan dari bibirku kujilat-jilat belahan pantatnya.

Dina mengangkat pantatnya dan mendesah, “Ooh.. hh..” kutelesuri kembali belahan pantatnya dan akhirnya lidahku bermuara pertengahan antara vagina dan lubang anusnya, “Slurp..” lidahku menjulur-julur ke arah lubang itu bergantian dan merasakan lembab dan harumnya vagina Dina.

“Aogh.. hh..” Dina menggelinjang menggerakkan pantatnya naik turun.

“Yog.., buka baju Kamu Say..” katanya.

Lalu dia membalikkan badannya dan bangun, lalu berdiri melucuti pakaianku satu persatu. “Ahnm..” aku menikmati gerakan jemari Dina, membuka pakaianku sambil kupandangi dan kubelai punggung dan bongkahan pantatnya dan ingin sekali kulumat bibir dan putingnya.

Lalu Dina berlutut dan membuka CD-ku lalu dia terbelalak, “Oh sstt.. besar sekali Yog..?Huff..!”

Dina mengelus dan mengurut-urut lembut kejantananku dengan pandangan nanar bernafsu untuk menghisap.

“Buat Kamu Din..! Ini buat Kamu.. Sayang..” kataku memanjakannya, “You are so beautiful Dina..!” kataku sambil mengangkat Dina dan merebahkannya di atas ranjang.

“Oh Man, She’s so preety..” kataku dalam hati.

Aku menjatuhkan serangan di dada, dan mulai menghisap puting kirinya.

“Ooughh..” mendesir sekujur tubuh Dina sampai ke kemaluannya.

Tangan Dina melemas tidak berdaya, apalagi jemari kiriku yang kokoh memilin-milin puting kanan, tangan kananku meremas-remas pantat Dina. Mulutku kemudian berpindah dari puting kiri ke kanan dan sebaliknya.

“Tetemu indah sekali Din, Aku suka..” kataku memujinya.

Tidak tahan Dina menerima permainanku, sangat lain, beda, pintar sekali, berbeda dengan suaminya.

“Oghh Sayang.. uh.. enak Sayang berikan apa yang belum pernah kurasakan..” erangnya.

Payudara Dina langsung mengeras. Kedua putingnya kontan meruncing, tegak. Kukombinasi gerakan antara lembut dan terkadang agak liar, aku menghisap dan membuat Dina merasa nikmat. Birahi Dina yang mulai membesar, tidak terasa tahu-tahu dia telah meninggalkan beberapa cap merah di sekeliling dadaku yang bidang. Jemari tanganku mulai merasuk ke belahan kemaluan Dina. Tanganku satunya meremas-remas pantatnya.

“Ogh..!” Dina menggelinjang disaat aku menggesek-gesek liang kemaluannya dengan jemariku.

“Ooouuwww..,” serangan bersamaan di lubang kemaluan dan hisapan puting menyebabkan Dina pra-orgasme.

Tanpa sadar mulut Dina terbuka menahan nikmat dan matanya terpejam sambil melenguh panjang.

“Ahh.. sshh..” lalu mulutku menyumpal mulut Dina, dan lidahku berkesempatan menari-nari mencari lidah dalam rongga mulutnya.

Dina kembali mengeluh dan menggelinjang, “Oouuh, enak sekali.. Yoga..”

Tanpa sadar Dina membalas jilatan-jilatanku, dan mebuat kemaluannya membanjir dengan CD yang telah terlepas. Jari tengahku mulai menusuk-nusuk perlahan ke dalam lubang kemaluan Dina.

“Ouugh,” semakin dalam, dalam sekali, Dina tersentak-sentak akibat ditusuk sedalam ini, “Oouugh nikmatnya..” erangnya.

Jariku menekan-nekan di dalam liang vagina Dina, masuk lalu kuputar dan kubengkokkan. Kutarik keluar.

“Yoga, cukup.. Sayang Aku nggak kuat.. oh..,” katanya.

Aku tidak mempedulikan erangannya, “Oohh yeah..”

Aku sungguh menikmati foreplay ini dan kuyakin Dina pun sangat menyukainya.

Mulutku kembali menghisap putingnya terus ke pusar, dan serta merta aku menjilati lubang kemaluan Dina dengan irama “SALSA”, yaitu gerakan lidah yang erotis di relung vagiannya. Wooww, nikmat. Seolah Dina tahu dan menemukan permainan cinta baru. Dia hanya bisa mendesah, mendesis, melenguh.

“Uuueehhgg.. Oh! Oh! Oh! Oouughh..” desahnya.

Selagi asyik begitu, aku langsung berhenti dan mendekap Dina, seraya berbisik di telinga, “Enak tidak Sayang..?” Dina mengangguk sambil menatapku sayu.

“Mau lagi?” kataku.

Dina mengangguk, “Ooh.. Sayang.. teruskan..!” katanya.

“Cukup nggak foreplay-nya..?” kataku sambil membelai rambut dan pipinya.

Dina hanya tersenyum dan melingkarkan kakinya di pinggangku. Pelan, hangat dan penuh arti foreplay yang kuberikan kepada Dina.

Aku kembali melakukan serangan dengan menjilati kemaluan Dina, kemudian menghisap putingnya.

“Ouuggh,” desahnya sambil tanganku merenggangkan selangkangannya.

Lidah kami saling mencari, saling membutuhkan, dan kemaluanku yang keras, besar, panjang menempel di atas paha Dina.

“Yoga, Aku sudah tidak tahan..” desah Dina, “Oh.. Yoga, please “fuck Me Dear..!” pinta Dina.

Ah, aku berlutut di hadapan Dina yang sudah telentang dan memperhatikan batang kejantananku.

“Woow, besar sekali dan panjang. Coklat, kokoh, Glek..glek..” Dina tercekat melihat pemandangan itu.

Aku mengarahkan tangannya untuk memegangnya, saking besarnya tidak cukup satu genggaman.

“Gede mana sama punya suamimu..?” tanyaku, “Ayo dikulum dulu..! Sayang..” pintaku.

Dina tak menjawab dan langsung mengocok kemaluanku dan mebuka lebar-lebar pahanya. Aku tidak ingin egois, lalu kuputarkan dan naikkan badannya hingga posisi “69” agar kebersamaan bercinta kami tetap terjaga. Kusapu perlahan liang vaginanya.

Kutusukkan ujung hidungku, kutekan dan kuhirup aroma semerbak vagina wanita keturunan ini, “Arrgghh.. hhmm.. hh.. Yog.. aa..”

Dina menekan pinggulnya, bibir vagina Dina kupagut, serasa aku memangut bibir atasnya.

Oh.., aku paling suka seperti ini, membuat wanita menjadi dihargai dengan memanjakan vaginanya oleh sentuhan-sentuhan. Kupagut bergantian kedua bibir vaginanya. Kulumat, hisap dan mengemut-emut lembut. Lalu ujung lidahku menerobos masuk ke dalam liang senggamanya. Kugoyang-goyangkan ujung lidahku serasa menari-nari di lantai dansa. Lekukan-lekukan lidahku dikombinasikan dengan tusukan-tusukan di vagina Dina, membuat Dina mengejan dan orgasme.

“Aahh.. hh.. ah uhh.. hh.. Yoga..” desahnya.

Aku menampung keluarnya cairan vagina Dina dengan lidahku, dan kutelan. Lalu kuresapi rasanya.Oh nikmat sekali.

Kini klitoris Dina menjadi sasaranku. Kuguncang-guncang dengan ujung lidahku, “Ohh oh.. yes.. uhh..”

Tanganku menari dan menjepit di sekitar putingnya, membuat serangan belaianku menjadi terkombinasi dengan baik. Kontraksi otot vagina Dina terlihat dengan jelas disaat kuberi serangan “3 penjuru”, yaitu pilinan di puting, mengguncangkan klitoris dengan jemari dan jilatan serta tusukan di vaginanya menggunakan lidah.

“Argg.. hh.. ahh.. hh.” nafas Dina semakin tidak beraturan dan orgasme foreplay kedua siap dinikmatinya.

“Oh Sayang.. ough.. Yoga.. Kamu.. oh..” Dina meracau, menahan nikmat.

“Ughh..” aku merasakan nikmat kuluman dan hisapan Dina di batang penisku.

Aku tak menghiraukannya karena aku berkonsentrasi dengan memanjakan vagina Dina.

“Oghh.. Yoga.. Ayo Sayang..! Ughh.., masukkan.. Sayang.. ugh..” Dina meracau sambil menjilati batang dan menghisap buah zakarku.

Aku bangkit dan menelentangkan tubuh Dina dengan bertumpu pada kedua lututku. Kulebarkan paha Dina, satu kakinya kusangkutkan di pundakku.

“Ayo Yoga.., beri nikmatnya bercinta Kamu..!” katanya.

“Cepat.. Yoga.. please.. masukkan..!” desahnya lagi tak beraturan.

Kepala burungku yang besar dan berurat, kokoh, kekar sudah menempel pelan di bibir kemaluan Dina.

“Rasakan penisku Sayang.. rasakan denyutnya, Dina.” kataku sambil membelai perut dan pahanya.

“Ya, masukkan sedalam-dalamnya, Aku tak tahan lagi Yoga, please..! Setubuhi aku..!” katanya.

“Sabar Sayang.. pelan-pelan yah..!” kataku mesra dan tak ingin terburu-buru.

“Come on Dear.. please..!” kata Dina yang sudah melayang tidak tahan.

Dan, “Bleessh..!” kepala batang kejantananku susah payah dan akhirnya masuk ke dalam liang senggamanya.

“Wooww arggh.., saakk.. Yoga.. nikmaat..” erang Dina.

“Sabar Sayang pelan-pelan ya..?” kataku terus menggenjot pelan.

“Ooougghh yess.. yess.. Dear.. ahh..!” Dina, benar-benar merasa nikmat.

“Enak Sayang..?” tanyaku.

Dina terdiam merasakan nikmat, hanya bola mata sayu dan gigitan bibir yang terekspresi yang terlihat. Aku mendorong perlahan sampai kira-kira 1/3 batang penisku. Maju mundur, oh mulai agak nikmat rasanya.

“Yoga, Aku suka penismu.. Oh berdenyut Sayang nikmat Yoga.” katanya.

“Iya.. Ooouuww huff.. aku full menekan..”

“Ahh.. Yoga.. Oh..” desahnya.

Kuterus memperdalam sodokan dengan cara menarik sekitar 3-5 cm dan memasukkan kembali 7-9 cm, sampai kira-kira mencapai 50 persen panjangnya, itulah metode “234”-ku.

Sekarang aku mulai mengocok agak keras dan cepat, sehingga, “Oougghh, Oh.. Oh.. Oh. Oh..”

Penisku mengisi liang senggama Dina yang tidak tersentuh dengan metode seperti ini. Sangat terasa sekali batang kokoh, kuat, bertenaga, serta jantan itu. Hampir semua batang penisku yang panjang itu tertelan dalam vaginanya. Dan disini lah aku menunjukkan keahlianku dalam bercinta.

Peluh memulai menitik dan membasahi perut Dina. Sudah hampir 2 jam aku bercinta dengan Dina dan aku benar-benar menikmatinya. Demikian pula Dina sebaliknya. Dina mendapatkan kenikmatan yang amat sangat, Dina mencoba menyambut setiap hantaman penisku dengan cara mengangkat pinggul dan pantat setinggi mungkin. Pada saat aku menekan, menusuk, Dina menyambut dengan mengangkat pinggul, dan sekali-kali menjambak rambutku, sehingga hantamanku yang keras semakin keras cepat, dan nikmat. Tubuh Dina terguncang-guncang naik turun seirama hentakan pinggulku dan tampak pancaran wajah Dina penuh birahi.

Sambil menikmati kocokanku, aku merasakan banjirnya vagina Dina.

“Ayo Yog..! lebih kuat.., Oh!” desahnya.

Aku mempercepat kocokanku, goyang-goyang sodok, goyang-goyang sodok, itulah metode yang kugunakan.

“Yogaa.. Ouugghh.. Haa..!” aku menahan untuk kemudian menghentak dengan satu dorongan kuat.

“Yoga.. ouwww..” aku menusuk dengan perlahan sampai masuk semuanya.

“Yogaa.. Hoh.. Hohh.. Aw..! Nikmatth.. enakh.., terussh Sayang.. teruszhh.. oouugghh mmhh..”

“Dina, Aku mau keluar, di dalam nggak apa-apa..?” tanyaku.

“Arghh.. uhh.., jangan dicabut, keluarin di dalam saja Sayang..!”

“Enak ini.. hh.. Yoga.. uhh..” Dina mengejang dan menjepitkan belahan pahanya di pinggulku.

“Ooouughh.., Seerr..” semprotan cairan vagina Dina kencang sekali, diikuti dengan semburan cairan vagina Dina.

Kenikmatan yang diberi olehku membuatnya terhempas di dunia kenikmatan. Aku masih terus mengocok pelan-pelan dan kuat, setelah agak lama baru kusodok dan terdengar bunyi, “Plok.. cplok.. clep..!” saat kejantananku berguncang dan menari di dalam vagina Dina.

“Oh.., Sayang.. uhh keluarkan sperma Kamu Sayang.. oh..!” desahnya lagi.

Pijitan-pijitan di ujung batang kejantananku menandakan aku akan menyusul Dina mengalami orgasme.

“Aagh.. uhh..” kuterus mengocok kemaluanku dan Dina hanya memejamkan mata, menahan nikmat dengan menggigit bibirnya.

“Yogaa.. ahh.. ooh..”

Tidak lama setelah itu, “Crutt.. crutt.. ser.. crett..” penisku mengejang diikuti semburan spermaku yang memenuhi liang senggama Dina.

“Arggh..” aku mengejan dan mengerang, “Oeghh Dina.., Uhh.., Sayang.. ahh..!”

Dina menjepit serasa menerima utuh spermaku. Oh, sekitar 5 kali semprotan kulakukan. Benar-benar menghempas kenikmatan bersama Dina.

“Oh yess Yoga.. trus Sayang.. keluarin Sayang.. uhh hangat.. Yog ahh.. uh..”

Kupendamkan seluruh batang penisku agar Dina mendapatkan betul-betul hangatnya sperma dan denyut penisku secara utuh.

“Oh..” desahku.

Dina tersenyum dan aku mengecup pipi serta keningnya tanpa melepaskan batang penisku yang akhirnya keluar dengan sendirinya.

“Oh Dina.. hmm Aku suka..” kataku.

“Yoga.. Aku belum pernah seperti ini.. terima kasih..!” katanya sAmbil melumat dan mengecup keningku dan kami menyelesaikannya dengan saling mendekap dan bibir kami berpagutan.

Serasa indah sekali jika bercinta penuh dengan kebersamaan.

Begitulah, sebagian dari petualangan “SENI BERCINTA”-ku. Bagi para wanita ingin merasakan hangatnya cinta, silakan hubungi aku melalui email. Mungkin aku bisa sedikit membantu, bagaimana cara menghidupkan seni bercinta.

TAMAT

Tags : cerita 17thsex, cerita pemerkosaan, telanjang, cewek bugil, 3gp gratis, abg telanjang, koleksi foto telanjang,melayu telanjang,mahasiswi telanjang,poto telanjang,abg telanjang bulat,artis indonssia telanjang,cewek bugil telanjang,dangdut telanjang,foto tante girang telanjang bulat,gadis melayu telanjang

Apr
20

Hai Pembaca cerita17thsex.wordpress.com, seperti minggu lalu dalam cerita saya yang berjudul “Seni Bercinta”, maka saya akan menceritakan lagi beberapa pengalaman saya. Kini pengalaman saya terjadi pada waktu saya sedang cuti, dimana hari-hari saya diisi dengan mengutak-ngatik computer dan mejelajah internet (maklum orang IT). 3 hari sudah saya lewati begitu saja dan kemudian jenuh pun mulai saya rasakan, akhirnya saya mencoba masuk ke dalam sebuah fasilitas chatting, yaitu: IRC.DAL.NET. Saya lihat-lihat dan saya menggunakan nickname Budi (edited), di sebuah channel kecil. Saya dimessages seseorang yang kemudian saya tahu dia adalah seorang dengan kode asl f 22 Jkt.

Kami mengobrol kiri kanan, sampai akhirnya aku tahu dia sudah menikah, akhirnya obrolan kami tertuju tentang masalah-masalah kehidupan rumah tangga dan seks perkawinan mereka. Kita sebut saja nama wanita itu Dina (nama samaran). Di dalam obrolan itu, Dina bercerita bahwa dia menikah dengan seorang laki-laki yang usianya lebih dari separuh abad, karena paksaan orang tuanya. Dia berkeluh kesah akan masalah kenikmatan berhubungan intim dengan suaminya, yang menurut dia egois sekali tanpa foreplay (buka, cium, tusuk, keluar) begitu katanya.

“Mending kalau lama, cuma 2 menit keluar deh..!” kata Dina dalam pembicaraannya.

Aku menimpali, “Wah, nggak asik kalo gitu Din..!”

“Iyah nih, Yog, abis gimana lagi..?” di dalam pembicaraan itu akhirnya aku bisa menangkap kalau Dina membutuhkan “sex is warm art not sex is sex”.

Pembicaraan kami akhirnya disudahi dengan akan bertemunya kami di suatu cafe di Jakarta selatan.

Setelah kami ngobrol cukup lama, kami kemudian saling bertukar nomer handphone dan akan bertemu esok hari di tempat yang telah kami sepakati. Keesokan harinya aku bangun dengan segar dan burungku berdiri kencang (butuh sentuhan), dan langsung menuju kamar mandi.

“Brr.., segar..” aku membasahi seluruh tubuhku dengan shower.

Selesai mandi aku mencukur dan merapihkan bulu-bulu di sekitar dagu dan pipiku. Kupilih kemeja yang kusukai dan celana jeans, lalu aku semprotkan parfum Hugo kegemaranku. Wah.., aku ingin kelihatan rapih di depan Dina nanti. Setelah acara dandan selesai, aku hidupkan mobil VW kesayanganku dan meluncur ke arah sebuah cafe di selatan pusat perbelanjaan di Jakarta selatan.

Kulihat jam, “Hmm.., masih jam 10 lewat, masih lama.” pikirku.

Lalu aku melihat-lihat counter pakaian dan membeli kemeja dan dasi untuk keperluan kantorku sambil menunggu Dina.

45 menit kemudian HP-ku berbunyi dan terdengar suara Dina disana, “Halo, ini Yoga..?” katanya.

“Iyah Din.., Kamu dimana? Aku di lantai satu nih.., Kamu dimana?” katanya.

“Hmm.., Aku masih belanja dulu nih Din. Sabar yah..!” kataku menenangkan. “Bentar lagi Aku kesana kok..!” lanjutku.

“Iyah deh, Aku tunggu di Cafe *** (edited) yah..? Aku laper nih..!” katanya manja. “Kamu pake baju apa..?” katanya.

“Hmm.., Aku pake hem biru dan jeans coklat muda.” kataku sekenannya, “Kalo Kamu..?”

“Hmm.., Aku pake kemeja biru dan rok hitam. Rambutku kuikat ke atas.” katanya.

“Oke..,” kataku, “Sabar yah Din.. bayar dulu nih..!”

“Oke..,” kata Dina, “Aku tunggu yah..?”

Lalu HP-ku kututup dan aku ke kasir untuk membayar.

Setelah proses transaksi selesai, aku turun ke bawah sambil membawa beberapa belanjaanku dan menuju cafe itu. Langkah kakiku semakin dekat. Kupandangi isi dalam cafe tersebut. Hmm.., ada beberapa orang saja. Lalu di pojok aku melihat seorang wanita sendiri dan duduk membelakangiku.

“Hmm.., ini dia si Dina..!” kataku sambil mendekat.

“Pagi..!” kataku, dan Dina akhirnya menoleh.

“Pagi.” katanya.

Lalu aku menyodorkan tanganku dan menjabat tangan Dina, “Yoga..,” aku memperkenalkan diri, dan dia berdiri sambil membalas, “Dina..”

Hmm.. tinggi juga nih Dina pikirku dengan bentuk tubuh proposional, aku menebak kira-kira 170 cm tingginya, dengan kulit putih dan mata yang kecil jelas sekali kalau dia adalah keturunan Chiness.

“Silakan duduk Yog..!”

“Makasih Din,”

“Belanja apa Yog..?”

“Hmm.., ini cuma buat keperluan ke kantor aja, Kamu tinggi yah..,” kataku menimpali.

“Ah kamu tuh.. bisa jinjit Aku kalo pelukan.” katanya sambil tersenyum.

“Emang tinggi Kamu berapa Dina..?” kataku.

“Hmm.., 171 Yog, emang kenapa..?”

“Ah nggak.., cuma Kamu tuh pantesnya jadi model.” kataku.

“Kamu kali.. yang pantes.” katanya, “Terus kalo Kamu berapa Yog..?”

“Aku 186-an deh kalo nggak salah.” kataku seenaknya sambil membaca-baca menu.

“Aku pesen Hot Cappucino. Kamu mau pesen apa lagi Din..?” aku menawari.

“Hmm Aku nambah Chess Croissant ajah deh..,” katanya kepada pelayan cafe.

“Kamu abis cukuran yah..?” Dina membuka pembicaraan.

“Iyah.., kok tau sih..?” kataku sambil menatapnya.

“Iyah dong, ketauan lagi bau aftershape Kamu.” katanya.

Aku hanya tersenyum sambil membakar sebatang rokok, lalu kutawari sebatang kepadanya.

“Rokok Din..? dan dia mengambil satu, lalu aku menyulutkan rokokku dan memberinya zippo-ku.

“Huff..” Dina menghembuskan asap rokoknya seolah ingin melepaskan semua beban ceritanya kepadaku.

“Hmm.., Aku bosen dengan perkawinanku Yog..,” katanya, “Mungkin Aku kelihatan bahagia, yah..?” katanya.

“Yah.., tampaknya sih begitu Din, memangnya kenapa..? Apalagi yang Kamu rasakan kurang..?” kataku sambil menatap wajah Dina lekat-lekat.

“Yah.., Aku kehilangan masa dimana Aku bisa merasakan suatu hubungan yang “balance”, bukan hubungan hanya sekedar jadi objek seks suami..” katanya.

“Hmm..,” aku manggut-manggut, “Lalu apa kamu udah diskusi dengan suami Kamu..? Sebaiknya Kamu diskusikan saja Din, bagiku sih lebih baik begitu..”

“Sudah.. Yog.. cuma yah nggak berhasil, malah Dia nyangka Aku yang hyper.” katanya dengan tertunduk.

Jelas sekali Dina menahan suatu kesedihan dan kekecewaan.

“Hmm.., sabar ajah Din. Itu butuh waktu kok..!” aku menenangkannya.

Tanganku membelai jemarinya dan dia tersentak, tapi Dina membiarkanku menggengam tangannya.

“Terus apa Aku salah..?” katanya dan kulihat matanya mulai berkaca kaca.

“Loh..? Kok Kamu jadi sedih gitu sih Din..?”

“Aku udah nggak kuat Yog, kalo cuma dijadikan objek seks ajah.” katanya meninggi dan tampak dia begitu emosional.

“Ssstt..” aku menempelkan telunjukku di kedua bibirnya, “Dina, coba sabar dan cerita yah..!” kataku menenangkannya.

“Hmm.., diusia 20 Aku menikah Yog, Dengan lelaki yang seharusnya jadi ayahku. Dan 2 tahun Aku mencoba menjadi istri yang baik buat Dia, tapi kenapa Dia nggak pernah memperhatikan keinginanku untuk tidak menjadikanku hanya sebagai objek seks Dia dan teman di tempat tidur saja. Aku butuh lebih dari itu kan.., Yog..? Yah kan..?”

“Iyah, Kamu betul, cuma apa Kamu nggak ingin mencoba buat berdialog lagi..?” kataku.

“Percuma Yog.., Aku jenuh.. Aku ingin seperti cerita teman-temanku Yog. Yang juga ingin merasakan kesempurnaan dalam bercinta, tapi Aku belom pernah mendapatkannya.” Dina berkata dan tetesan air matanya mulai berlinang bergulir ke arah pipinya yang putih bersih.

“Oh.., gosh.. kasian sekali wanita ini.” pikirku.

Aku membelai tetes air mata Dina dengan sapu tanganku, “Stt.., sudahlah Din, jelek loh kalo Kamu nangis gitu..!” kataku menggoda untuk mencoba mencairkan suasana hatinya.

“Igh.., Kamu yang jelek..!” katanya tersenyum dan mencubit tanganku.

Akhirnya kami tersenyum lagi.

“Eh.. Yog, Kamu orang mana..? Kok Kamu kaya blasteran gitu sih..?” katanya menyelidik.

“Iyah.., Aku emang blasteran kok,” kataku tersenyum.

“Oh yah..?” katanya, “Hmm.., mana sama mana Yog..?”

“Blasteran Jawa sama sunda..”

“Hahahhahha..” Dina tertawa memamerkan deretan gigi putihnya, “Bisa ajah Kamu, Yog..!”

“Tapi yang jelas Aku Indonesia dan Non Rasial.” kataku.

Dina memandangku sambil ikut menggenggam jemariku.

“Egh.. hmm agh..,” aku gugup di saat Dina mulai mendekatkan diri dan duduk di sampingku.

Hmm.., bau parfum Dina benar-benar matching dan kelihatan sekali kalau dia berasal dari kalangan atas.

“Yog..!” katanya agak gugup juga, “Hmm.., keberatan nggak Kamu kalo Aku minta sesuatu sama Kamu..?” katanya.

“Apa tuh Din..?” jawabku enteng, padahal Satelit bawahku sudah salah orbit.

“Gini Yog.., Aku boleh nggak hari ini merasakan apa yang Aku inginkan..?”

“Hah..? Gila.., terus terang amat nih cewek..?” pikirku, tapi aku berusaha untuk bersikap wajar.

“Dalam batas gimana Aku bisa bantu Din..?”

“Yah.., Aku ingin merasakan apa yang selama ini Aku pendam..” katanya.

“Hmm..,” aku berfikir, “Kamu serius dengan kata-kata Kamu itu Din..?”

“Iyah Yog, Aku sadar dan ikhlas dengan keinginanku..!” kata Dina.

“Hmm.., oke-lah kalo Kamu mau, cuma Aku hanya memberikan apa yang Aku bisa berikan untuk membantu Kamu yah Din..!”

“Makasih Yog..!” Dina tersenyum padaku.

“Wow..! Mimpi apa nih semalam..?” pikirku.

Akhirnya kami meninggalkan cafe dan menuju sebuah apartemen dengan menggunakan Jeep Mercy milik Dina. VW bututku kutinggal atas permintaan Dina. Singkat cerita, aku meluncur ke arah apartemen Dina yang ternyata milik Dina pribadi dan jarang ditempati, dia bilang apartemen itu merupakan pemberian suaminya.

“Gila.., ini sih 25 tahun gajiku baru bisa buat beli apartemen kaya begini.” kataku pada Dina.

“Ah.., ini kan punya suamiku. Aku sih nggak mampu.” katanya merendah.

Akhirnya kami tiba di sebuah ruangan yang indah, kecil dan tertata rapih. Lengkap sekali, berbeda dengan rumah kontrakanku. Lalu Dina menawarkanku coke dingin. Aku menerima sambil melihat-lihat lukisan dan photo yang terpampang di dinding.

Lalu Dina mendekatiku, “Itu suamiku Yog.., gimana menurut Kamu..?”

“Hm.., tua sekali yah..?” kataku jujur dan Dina hanya tersenyum kecut mendengar ucapanku.

Lalu dia berusaha menyandarkan tubuhnya di dadaku. Aku meresponnya sambil memeluk perutnya. Kubiarkan dia bersandar, lalu sambil mencium rambutnya, kubelai lembut perutnya.

“Hmm.., hmm..,” Dina mendesah pelan dan membiarkan badannya dalam dekapan tubuhku.

Lalu dia membalikkan tubuhnya dan menatapku. Tangannya membelai pipi, hidung, dan daguku.”Dina.. hmm..,” aku menempelkan ujung hidungku yang lancip ke leher Dina.

“Ahh.., sstt..” Dina memejamkan matanya dan menikmati hangatnya nafas serta dekapanku.

Sekali-kali kutempelkan bibirku ke lehernya dan kugesekkan pipiku dan daguku, lalu kuciumi bagian telinga Dina.

“Ahh.., hmm, Yog.., hmm.., Kamu hangat sekali..” katanya.

Aku menatap Dina. Terlihat sekali dia menginginkan suatu kehangatan. Lalu aku mengangkat tubuh Dina, kugendong dan kumelangkah ke arah ranjang Dina. Kuturunkan perlahan dan tubuhnya kuraih hingga merapatnya dada Dina di ulu hatiku. Kulumat perlahan bibir Dina dengan lembut dan kutekuni setiap jenjang lekuk bibirnya. Bibir kami saling berpagutan, tangan Dina merangkul pundakku dan nafasnya mulai tidak beraturan.

“Oh Yog.., oh.. hmm..,” desah Dina yang mulai menghangat.

Perlahan tangan Dina menerobos kancing kemejaku dan membelai dada serta menyentuh putingku.Aku tersentak dan mendidih lah gejolak libidoku.

“Ohh Dina.., uhh..,” aku melenguh pelan.

Bersambung ke bagian 02

Tags : cerita 17thsex, cerita sexs, cerita ghairah, melayboleh, gambar telanjang, cerita berahi, setengah baya, gadis telanjang indonesia,foto telanjang bugil,abg telanjang bugil,gadis indonesia bugil,gadis smp bugil,gadis sma bugil,gadis jilbab bugil,gadis bugil,gadis smu bugil,gadis indonesia,foto gadis,indonesian bugil